Kuau Raja atau Argusianus argus, merupakan burung yang tergolong ke dalam suku Phasianidae. Nama ilmiah tersebut diberikan oleh seorang ilmuwan Swedia dan peletak dasar tatanama Biologi bernama Carolus Linnaeus (1707-1778). Dalam mitologi Yunani julukan itu bermakna raksasa bermata seratus dan dalam Bahasa Inggris disebut Great Argus.
Unggas jenis ini memiliki bulu sayap dan ekor panjang dengan tanda menyerupai mata (Holmes, 1990). Persebaran populasi kuau raja terbatas pada daerah Sumatera dan Borneo (MacKinnon dan Phillipps, 1993).
Baca juga: Sonokeling, Tanaman Agroforestri Populer yang Rentan Punah
Kuau raja hidup di hutan primer dan sangat intoleran terhadap gangguan seperti perusakan hutan (Lambert dan Collar, 2002). Keberadaannya juga sudah mulai jarang ditemukan karena tingginya aktivitas perusakan hutan yang menjadi habitat spesies burung kuau raja. Kerusakan yang disebabkan oleh manusia ini membuat jumlah populasinya menurun di alam.
Mereka hidup di daerah darat atau terestrial pada ketinggian 500-1.200 mdpl (Mackinnon et al., 1992). Habitatnya di hutan primer juga berhubungan dengan ketersediaan dan kelimpahan pakan di tempat tinggal tersebut.
Di atas kepalanya terdapat jambul dan bulu tengkuk berwarna kehitaman. Selain memiliki ukuran yang besar, burung ini mempunyai bulu dengan motif bulat-bulan menyerupai mata. Adapun ciri khas lainnya yakni dua helai bulu ekor yang panjangnya hingga satu meter.
Secara morfologi, kuau raja mempunyai bulu berwarna cokelat kemerahan dan kulit kepala bercorak biru. Burung ini memiliki bobot hingga 10 kilogram. Sementara burung jantan dewasa berukuran sangat besar dengan panjang dapat mencapai 200 cm. Kuau raja jantan dewasa memiliki bulu sekunder pada delapan sayap yang sangat panjang dengan motif bintik besar kuning kehitaman. Sedangkan betina dewasa mempunyai bulu sekunder di sayap dengan ukuran lebih pendek dan memiliki motif bulu yang tidak terlalu bervariasi dibandingkan dengan jantan (Berd and Edwar, 1975).
Baca juga: Srikaya, Buah Beraroma Manis yang Kaya Gizi
Berdasarkan penelitian Nur Amalina Marfani (2019), Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Ranir, kebiasaan kuau raja adalah membuat sarang di permukaan tanah. Untuk makanannya, burung ini menyukai buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut, dan berbagai jenis serangga (Akhyari, 2017).
Kuau raja memang tidak bisa terbang jauh, tetapi kekurangan ini diimbangi dengan kemampuan berlari yang sangat baik. Mereka juga dapat berpindah tempat dengan melompat ke dahan-dahan pohon. Selain itu, burung besar ini memiliki kemampuan penciuman dan pendengaran yang sangat tajam sehingga sukar ditangkap.
Penulis: Sarah R. Megumi