Indonesia memiliki banyak sekali keanekaragaman flora. Flora-flora ini sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat atau herbal. Sayangnya, tanaman herbal Indonesia beberapa ada yang dikategorikan langka. Dalam tulisan Rifai (1994), A Discourse in Biodiversity Utilization in Indonesia, menjabarkan bahwa terdapat tigapuluh tumbuhan obat langka, salah satunya adalah Murraya paniculata atau dikenal dengan nama Kemuning.
Secara geografis, tumbuhan kemuning berasal dari daratan India, Asia Selatan (Iskandar, 2005). Kemuning adalah tanaman perdu dengan tinggi mencapai 8 meter. Tempat tumbuhnya dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Selain tumbuh liar di semak belukar, tumbuhan ini juga ditanam sebagai tanaman hias.
Kemuning memiliki banyak penamaan daerah, seperti kamuning (Sunda), kamoneng (Madura), kemunieng (Minangkabau), kemuni (Bima), kamuning (Menado, Makasar), kamoni (Bare), eschi (Wetar), fanasa (Aru), kamoni (Ambon, Ulias), kamone (Buru). Ada pula penamaan dalam bahasa asing dari berbagai negara seperti Jiu Li Xiang, Orange Jasmine, May-Kay, Honey Bush, Cosmetic Box.
Berdasarkan kajian penelitian Universitas Sumatera Utara, pohon kemuning bercabang dan beranting banyak. Batangnya keras, beralur, dan tidak berduri. Daunnya majemuk bersirip ganjil dengan jumlah anak daun antara 3-9 helai dan letaknya berseling. Helaian daun bertangkai berbentuk telur, sungsang, ujung pangkal runcing, serta tepi rata atau sedikit bergerigi. Panjang daun sekitar 2-7 cm dan lebar antara 1-3 cm. Permukaan daun licin, mengilap, dan berwarna hijau.
Bunga kemuning majemuk dan berbentuk tandan yang terdiri dari 1-8 bunga. Tumbuhan ini sering digunakan sebagai tanaman hias atau tanaman pagar karena morfologi tajuknya yang lebar dan memiliki nilai estetika dari bunganya yang berwarna putih dan beraroma harum.
Buah kemuning berbentuk bulat telur atau bulat memanjang dengan panjang 8-12 mm. Bila masih muda, buah berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah mengkilap. Di dalam buah terdapat dua buah biji (Iskandar, 2005). Buahnya sering dimakan burung liar. Bahkan beberapa peternakan lebah madu telah menanam kemuning di dekat sarang lebah. Tanaman ini tidak hanya sebagai sumber makanan serangga tetapi juga dapat menahan angin kencang.
Menurut informasi yang didapat, kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat. Bagian daun, bunga dan akar tanaman ini umumnya diolah untuk dijadikan obat herbal. Daun kemuning kering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional dan ekstrak untuk ramuan jamu (Permenkes, 2013).
Menurut kajian jurnal ilmiah, daun kemuning memiliki efek farmakologis yang berkhasiat sebagai pemati rasa (anestesia), sedatif, anti-radang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh, pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit. Selain itu, daun kemuning berkhasiat sebagai penurun kadar kolesterol dalam darah dengan kandungan kimia berupa tannin, flavanoid, steroid, dan alkaloid. Daun kemuning juga dilaporkan dalam beberapa karya ilmiah mempunyai aktivitas biologi sebagai obat penurun panas (antipiretik) dan antibakteri.
Selain manfaatnya terhadap kesehatan, ternyata bunga kemuning juga menjadi inspirasi cerita rakyat Indonesia atau dongeng yang berasal dari Riau berjudul ‘Asal-Usul Bunga Kemuning’. Dongeng tersebut menceritakan seorang Putri Raja yang baik hati bernama Putri Kuning.
Singkat cerita, Putri Kuning meninggal akibat saudarinya yang jahat. Jasad Putri Kuning pun dikubur di dekat danau tanpa sepengetahuan sang Raja. Suatu hari, sang Raja berjalan-jalan disekitaran danau dimana putri tersebut dikubur. Di sana ia menemukan bunga baru yang tumbuh di atas kuburan sang Putri. Warnanya putih kekuningan dengan batang laksana jubah dan daun membulat seperti kalung permata. Baunya harum sekali.
Bunga itu mengingatkan Raja pada putrinya yang telah tiada, dan sang Raja pun menamai bunga tersebut dengan nama bunga Kemuning. Bunga itu ternyata banyak manfaatnya. Batangnya bisa dijadikan wadah yang indah, bunganya untuk mengharumkan rambut, dan kulit kayunya bisa digunakan untuk bedak. Bunga kemuning ini merefleksikan sifat kebaikan sang puteri kuning yang telah tiada.
Penulis: Sarah R. Megumi