Wilayah Natuna merupakan pulau di Indonesia yang menurut sejarah geologi termasuk ke dalam pulau benua. Pulau benua ialah daratan pada masa lampau yang mempunyai hubungan dengan tanah atau benua lain karena penurunan permukaan laut.
Pulau Natuna dikenal dengan sebutan Bunguran Besar atau sebuah kabupaten yang memiliki potensi sumber daya alam berlimpah. Keanekaragaman hayati yang tinggi dengan berbagai jenis flora dan fauna yang terisolasi dengan pulau lain menjadikan Pulau Natuna memiliki hewan endemik, yaitu Kekah natuna.
Kekah natuna merupakan mamalia yang termasuk ke dalam ordo Primata dan genus Presbytis. Kekah ialah primata langka yang hanya ada di Pulau Bunguran, Natuna. Dikutip dari berbagai sumber ilmiah, secara umum genus Presbytis merupakan monyet berukuran sedang sampai besar dengan bentuk kepala bulat, moncong pendek, tungkai dan lengan panjang. Bagian perutnya menonjol dengan ekor tebal maupun panjang. Ukuran tubuh genus Presbytis berkisar antara 420 hingga 610 milimeter.
Baca juga: Sembilan Lutung Jawa Siap Huni Hutan Kondang Merak
Umumnya, bagian ekor lebih panjang daripada tubuh dengan ukuran berkisar antara 580 sampai 850 milimeter. Sedangkan beratnya sekitar 5 hingga 8 kilogram. Mereka memiliki warna tubuh, corak, dan bentuk yang bervariasi. Mulai dari kecoklatan, keabuan, kehitaman atau variasi dari warna-warna tersebut. Bayi yang baru lahir biasanya berwarna putih atau terang. Warnanya akan berubah sesuai dengan pertambahan umur, sehingga sama dengan warna induk yang tubuhnya semakin gelap.
Peneliti Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi Universitas Indonesia, Ferdi Rangkuti (2003) menyebut Kekah merupakan salah satu hewan endemik di Natuna selain dua primata lainnya, yakni kukang (Nycticebus coucang natunae) dan kera ekor panjang (Macaca fascicularis pumila). Dalam laporan berjudul “Kekah Natuna Terancam Punah”, ia mengatakan bahwa keberadaan kekah paling terancam.
Sementara berdasarkan penelitian Martjan Lammertink, Vintcent Nijman, dan Utami Seriorini, Peneliti dari Universitas Amsterdam memperkirakan jumlah Kekah di bawah 10 ribu ekor. Penelitian tersebut dilakukan saat menyusuri hutan Gunung Ranai pada 2001. “Jumlahnya terus menurun dari waktu ke waktu,” tulis mereka dalam makalah Population Size, Red List Status and Conservation of the Natuna Leaf Monkey Presbytis Natunae Endemic to the Island of Bunguran, Indonesia.
Dalam laporannya, ketiga peneliti juga memasukkan Kekah sebagai 25 jenis primata yang hampir punah. Dari sebelas jenis lutung, kekah termasuk sedikit spesies endemik di pulau-pulau tunggal. Menurunnya populasi kekah saat ini membuatnya sulit ditemukan di alam liar.
Baca juga: Populasi Lutung Jawa Turun 30 Persen Dalam Tiga Generasi
Melansir primata.ipb.ac.id, Kekah natuna tersebar di beberapa tipe habitat dan ketinggian dengan gunung tertinggi berada di Gunung Ranai 1.035 meter di atas permukaan laut. Habitat yang dihuni kekah natuna antara lain, hutan primer pegunungan, hutan sekunder, kebun karet tua, daerah riparian. Mereka juga ditemui di daerah yang beririsan dengan hutan mangrove dan kebun campuran (Indrawan & Rangkuti, 2002).
Sayangnya, di kepulauan ini belum ada kawasan perlindungan (daerah konservasi). Pembangunan di Kabupaten Natuna, tidak terlepas dari pemanfaatan sumber daya alam. Tingginya aktivitas pemanfaatan alam dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup terutama kawasan hutan. Penebangan liar, pembukaan lahan, dan perburuan merupakan bentuk eksploitasi sumber daya hutan yang secara langsung dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup di Pulau Natuna.
Penulis: Sarah R. Megumi