Kecipir, dari Lalapan hingga Penyubur Tanaman

Reading time: 2 menit
kecipir
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.). Foto: wikimedia

Bagi yang hobi dengan makanan lalapan, pasti sangat mengenal tanaman satu ini. Kecipir atau yang di Jawa Barat dikenal dengan nama “jaat” merupakan tanaman setahun yang berbentuk perdu dan bersifat membelit ke kiri. Di Sumatera dikenal sebagai kacang botol atau kacang belingbing (pantai barat Sumatera), dan kacang embing (Palembang). Nama-nama lainnya adalah cipir, cicipir, kelongkang, kacang botor, kacang kumbotor, serta biraro (Manado Ternate). Dalam bahasa Inggris disebut sebagai winged bean, winged pea, four-angled bean (mengacu pada bentuk buahnya), namun juga dinamai goa bean dan asparagus pea.

Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) adalah tumbuhan merambat anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Pucuk dan polong mudanya dimanfaatkan sebagai sayuran. Umumnya disajikan bersama dengan sambal terasi beserta sayur lalapan lainnya seperti kemangi, ketimun, labu siam, selada air.

Buah kecipir memiliki panjang (± 20 cm), persegi empat dan bergerigi, warna buahnya hijau dan rasanya enak serta lunak. Bijinya bulat, berwarna kuning pada saat muda, dan berwarna coklat pada saat tua dengan rasanya yang getir. Tanaman ini tidak membutuhkan tempat yang subur dan buahnya -terutama bijinya- merupakan sumber protein dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B dan vitamin C, maka dari itu tanaman ini dianjurkan untuk ditanam dipekarangan rumah atau disepanjang pagar–pagar (Sunaryono, 1994).

kecipir

Bunga dan daun kecipir. Foto: wikimedia

Kecipir juga merupakan tanaman tahunan yang tumbuh cepat dengan batang rambat mencapai penjang 2–4 m. Tanaman ini biasanya ditanam sebagai tanaman setahun. Secara deskripsi, habitus tumbuhan ini yakni semak merambat. Batangnya berbentuk bulat, beralur, beruas dan berwarna hijau. Daunnya majemuk, bentuk segitiga beranak daun tiga, ujung lancip, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip.

Bunganya sendiri berupa bunga tunggal, bentuk kupu-kupu, di ketiak daun, bertangkai, kelopak bagian bawah bersatu, kelapa sari kuning kebiru-biruan. Kecipir memiliki buah berupa polong, segi empat memanjang, tepi beringgit, panjang lebih kurang 30 cm, berwarna hijau. Akarnya berupa akar tunggang dengan akar lateral yang panjang dan menebal serta mampu membentuk umbi, berwarna kecoklatan.

Daunnya memiliki kandungan saponin, flavonoida dan tanin. Disamping itu, kandungan protein pada biji kecipir lebih besar dibandingkan dengan polong muda, maupun daunnya. Selain protein, bijinya juga mengandung asam amino.

Semua bagian tanaman kecipir, kecuali batang, dapat dikonsumsi, yaitu daun, bunga, polong muda, biji baik biji segar maupun kering dan umbi. Oleh karena itu, kalangan ilmuwan menyebut tanaman ini sebagai supermarket on the stalk. Pemanfaatan polong muda sebagai sayuran banyak dijumpai di Asia Tenggara, sedangkan masyarakat di dataran tinggi Papua New Guinea mengkonsumsi umbi, daun muda dan bunga kecipir (Prosea, 1997).

Masyarakat juga memanfaatkan bagian–bagian tanaman kecipir sebagai bahan obat tradisional, misalnya untuk penambah nafsu makan, obat radang telinga, obat bisul, dan lain–lain. Beberapa manfaat lain dari kecipir ialah menyuburkan tanah karena kemampuannya mengikat nitrogen bebas dari udara, sebagai pakan ternak, tanaman penutup tanah dan dapat ditumpangsarikan dengan tanaman kehutanan.

kecipir

Penulis: Sarah R. Megumi

Top