Banyak orang yang mengira jika kodok dan katak merupakan hewan yang sama. Meski tergolong satu bangsa ‘Anura,’ nyatanya kedua hewan tersebut memiliki ciri fisik dan habitat yang berbeda, lho.
Seperti yang kita ketahui, baik kodok (toads) ataupun katak (frog) termasuk dalam golongan satwa amfibi, sehingga kedua hewan ini mampu bertahan hidup baik di air maupun di daratan.
Mereka juga terbilang cukup tangguh, sebagai hewan purba kodok dan katak bisa beradaptasi di segala kondisi cuaca. Oleh karenanya, tak heran jika keduanya sering para pakar gunakan sebagai indikator lingkungan.
Artinya, semakin banyak populasi kodok yang ada di suatu lingkungan maka wilayah tersebut masih tergolong sehat. Jika populasinya menurun, maka terdapat indikasi kerusakan lingkungan di sana.
Perbedaan Katak dan Kodok
Membedakan antara katak dan kodok (atau Bangkong) sebenarnya cukup mudah. Biasanya, kodok mempunyai tubuh yang lebar dan besar dengan permukaan kulit yang kering, tebal dan kasar.
Kaki hewan yang satu ini juga relatif lebih pendek dari saudaranya tersebut. Terbukti, saat melompat umumnya daya jangkau bangkong tidak terlalu jauh atau lebih pendek daripada katak.
Secara habitat kita bisa menemukan kodok di lingkungan apa saja, termasuk yang kotor sekalipun. Itu sebabnya, banyak orang yang melabeli hewan ini sebagai pembawa penyakit bahkan beracun.
Berbeda dengan katak, tubuh fauna yang satu ini terbilang lebih langsing. Kulit dari hewan tersebut juga terlihat lebih basah, berlendir, serta memiliki permukaan halus dan tipis.
Berkat kakinya yang panjang, spesies anura ini juga mempunyai daya lompat yang jauh. Bahkan, ada beberapa jenis katak yang tergolong sebagai perenang unggul karena kakinya yang berselaput.
Morfologi, Ciri-Ciri dan Habitat
Secara garis besar, ciri-ciri katak sebenarnya bisa teridentifikasi berdasarkan jenisnya. Sebab, masing-masing dari jenis tersebut biasanya memiliki morfologi serta habitat yang berbeda-beda.
Seperti Polypedates leucomystax atau katak pohon bergaris, spesies ini mempunyai postur tubuh ramping dan berwarna cokelat. Pada tungkai belakangnya terdapat corak band berwarna hitam.
Mata hewan ini menonjol, berhias lingkaran keemasan di sekitar matanya. Uniknya, moncong jenis anura ini tampak berbentuk segitiga namun tidak terlalu runcing.
Tungkai depan satwa ini pendek dan tidak berselaput, sedang tungkai belakangnya panjang dengan selaput hampir tiga per empat bagian. Ditambah lagi, ia juga memiliki bagian discus serta nuptial pad.
Ditinjau dari habitatnya, spesies ini banyak ditemukan di area bervegetasi rendah. Kendati demikian, tak jarang pula kita temui jenis striped tree frog atau common tree frog di sekitar pemukiman warga.
Itu baru striped tree frog, ada pula jenis katak Fejervarya limnocharis atau Katak Tegalan. Spesies yang satu ini banyak hidup di area lumpur ataupun persawahan.
Ciri fisiknya spesifik yakni memiliki tubuh ramping, corak berwarna dorsal cokelat gelap dengan bagian lateral berwarna putih. Kulitnya halus tidak berbintil, serta terdapat pola garis pada bagian dorsalnya.
Kepala hewan ini terlihat runcing (seperti segitiga) dengan mata yang menonjol. Tungkai depannya tertutup selaput hingga tiga per empat bagian, tanpa discus namun memiliki nuptial pad.
Baca juga: Katak Tanpa Paru-paru yang Hanya Ada di Kalimantan
Metamorfosis dan Daur Hidup Katak
Untuk masyarakat awam, memahami morfologi dan daur hidup katak mungkin cukup sulit. Oleh sebab itu, agar lebih mudah dipahami Greeners telah membaginya ke dalam beberapa fase metamorfosis.
-
Fase Telur
Seperti yang kita ketahui, katak dewasa berkembang biak dengan cara bertelur. Telur hewan tersebut tercipta dari pembuahan secara eksternal atau di luar tubuh induknya.
Setelah menempel pada bebatuan atau tumbuhan, nantinya telur-telur tersebut akan dibuahi oleh sang pejantan. Berbeda dengan telur pada umumnya, telur hewan ini tampak bening dan tidak bercangkang.
-
Fase Berudu
Setelah telur menetas maka lahirlah berudu. Berudu atau biasa disebut Kecebong ini tampak seperti ikan kecil dengan ekor panjang. Ia hidup di air, bernapas dengan insang dan berenang dengan ekor.
-
Fase Berudu Berkaki
Daur hidup katak berikutnya adalah fase berudu berkaki. Hewan tersebut nantinya bermetamorfosis memiliki kaki-kaki mungul di bagian depan dan belakang, kemudian ekornya mulai mengecil ataupun menghilang.
-
Fase Froglet
Tidak sampai di situ, pada fase selanjutnya hewan amfibi ini akan bermetamorfosis jadi katak muda atau froglet. Di tahap ini, froglet sudah bisa hidup di darat meski lebih sering tinggal di air.
Kemudian, bentuk fisik froglet akan berubah sedikit demi sedikit hingga mencapai usia dewasa. Belum sempurna memang, biasanya ekor dari hewan tersebut masih ada dan cukup terlihat.
-
Fase Adult Frog
Pada daur hidup katak yang terakhir, froglet akan berubah menjadi adult frog atau katak dewasa. Ciri-ciri fisiknya mulai terlihat sempurna, tanpa ekor (lisosom) serta mampu hidup di dua alam.
Apabila saat berudu dan froglet hewan tersebut bernapas menggunakan insang, kini alat pernapasnya berubah menjadi paru-paru dan kulit. Usia hidupnya pun cukup panjang, yakni antara 10-20 tahun.
Taksonomi Katak
Referensi:
Donan Satria Yudha, dkk. dalam Jurnal Biologi
Penulis: Yuhan Al Khairi
Editor: Ixora Devi