Dryobalanops aromatica terkenal sebagai penghasil barus atau kamper. Siapa sangka, tanaman penghasil kapur barus yang sering kita temui di kamar mandi ini ternyata masuk ke dalam daftar tanaman yang keberadaannya sudah kritis, lho! Simak penjelasannya di bawah ini.
Kapur berus sudah lama kita kenal sebagai pengharum ruangan serbaguna. Manfaatnyapun beragam, antara lain untuk pengharum kamar mandi, pencegah jamur di tempat atau ruangan lembap seperti sepatu dan lemari pakaian, sampai sebagai pembasmi serangga kecoa.
Tapi tahukah kamu bahwa kapur barus ini berasal dari tanaman pohon yang keberadaannya termasuk dalam status konservasi Critically Endangered Redlist (kritis) IUCN?
Kawasan Persebaran
Dryobalanops aromatica terkenal sebagai penghasil barus atau kamper. Dryobalanops aromatica merupakan jenis pohon yang termasuk ke dalam suku Dipterocarpaceae.
Anggota Dipterocarpaceae terdiri atas pohon-pohon besar yang merupakan penyusun utama beberapa hutan tropika basah, terutama di dataran-dataran rendah kawasan tropis Asia (India, Ceylon, Burma, Thailand, Semenanjung Malaya, Filipina, Barat daya China, dan Hainan).
Selain di kawasan tropis, tanaman ini juga dapat kita temukan di wilayah tropis Afrika dan bagian utara Amerika Selatan. Keanggotaan Dipterocarpaceae meliputi sekitar 3.560 jenis yang terbagi dalam 20 marga; 10 marga di antaranya tercatat tumbuh di kawasan Malaya (tulisan ilmiah Budi Prasetyo, Program Studi Biologi, FMIPA-UT).
Pemanfaatan Dryobalanops aromatica
Umumnya pemanfaatan Dryobalanops spp selama ini lebih kepada kayunya untuk balok, tiang dan konstruksi atap, papan pada bangunan perumahan dan jembatan, serta juga dipakai untuk perkapalan, peti (koper) dan mebel.
Lebih jauh, berdasarkan buku daring “Teknik Pengolahan dan Pemanfaatan Dryobalanops sp. untuk Peningkatan Nilai Tambah” (2015), selain memiliki kayu dengan kualitas baik, pohon ini juga menghasilkan produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bernilai tinggi seperti minyak dan kristal. Tanaman ini memiliki beberapa keunggulan dalam menghasilkan beragam komoditi bernilai ekonomi tinggi.
Beberapa sumber kajian ilmiah juga menyebutkan, bahwa tanaman kayu kapur (Dryobalanops aromatica) mengandung minyak asiri, harsa, dan damar. Tanaman kapur barus warga lokal percaya berkhasiat sebagai pereda nyeri (analgesik), afrodisiak, obat sakit gigi, tonikum, dan obat sakit mata.
Bijinya berguna sebagai obat sakit perut sedangkan buahnya awam gunakan sebagai penasak. Balsem dari kapur barus berkhasiat mengobati rematik dan perangsang kulit.
Menurut buku daring “Teknik Pengolahan dan Pemanfaatan Dryobalanops sp. untuk Peningkatan Nilai Tambah, secara tradisional, masyarakat di Aceh sudah memanfaatkan minyak kapur ini untuk berbagai penyakit ringan dan obat gosok.
Baca juga: Cekakak Jawa, Si Cantik Berparuh Merah yang Tidak Suka Manusia
Ciri-Ciri dan Morfologi Kapur Barus
Dryobalanops aromatica mempunyai bau yang sangat mencolok. Selain dari baunya, tanaman ini dapat kita kenali dari warna kayu terasnya yang cokelat kemerahan atau merah-cokelat-kelabu.
Selain itu, warna kayu gubalnya agak kuning muda atau hampir putih. Tekstur kayu kamper tergolong kasar dan arah serat kayunya lurus. Kayunya pun terkenal sangat keras (repository.uin-suska.ac.id).
Secara fisik pohonnya memiliki penampakan yang menarik. Batangnya lurus dan silindris dengan tajuk kecil. Batang pohon terkadang berbanir hingga 2 m. Tinggi pohon berkisar 35-45 m dan dapat mencapai 60 m. Diameter batang antara 80-100 cm. Pohon tidak berbuah setiap tahun. Jumlah buah Dryobalanops aromatica kering ± 98 butir per kg.
Mengutip dari berbagai sumber, tanaman ini memiliki berbagai penamaan di berbagai daerah diantaranya adalah kayu kapur, kamper, dan hayu hapur.
Di Kalimantan familiar dengan penamaan antara lain ampadu, ampalang, awang tanet, bayau, belakan, binderi, empedu, kalampait, kapur, kapur hitam, kapur kedemba, kapur merah, kapur naga, kapur sintuk, kapur tanduk, kapur tulang, kayatan, keladan, melampait, mengkayat, mohoi, muri, serapan, sintok, tulai, wahai. Sedangkan di Sumatra antara lain haburuan, kaberun, kamfer, kuras.
Taksonomi Kapur Barus
Penulis: Sarah R. Megumi