Kangkareng hitam telah IUCN tetapkan dalam kategori Vulnerable (VU) dan masuk dalam Appendix II, CITES. Sedangkan di Indonesia, burung ini masuk dalam daftar hewan yang pemerintah lindungi melalui PermenLHK No 20 Tahun 2018.
Burung kangkareng dikenal juga sebagai enggang, rangkong dan julang. Mereka merupakan burung berparuh tanduk sapi tanpa lingkaran, yang tergabung ke dalam famili Bucerotidae.
Bahkan, nama keluarga tersebut diadopsi dari tampilan fisik rangkong. Kata ‘Buceros‘ sendiri merujuk pada bentuk paruhnya, sekaligus memiliki arti ‘tanduk sapi’ dalam Bahasa Yunani.
Kangkareng hitam mempunyai nama ilmiah Anthracoceros malayanus. Ia merupakan satu dari 57 spesies rangkong, yang menyebar mulai dari subtropika Afrika, Asia dan Melanesia.
Morfologi dan Ciri-Ciri Kangkareng Hitam
Bulu berwarna hitam menyelimuti sebagian besar tubuh rangkong, termasuk ekor bagian tengah. Terdapat sedikit corak putih pada bulu tersebut, yang terletak di bagian ujung ekor.
Panjang tubuh burung ini umumnya mencapai 60-80 cm. Mereka berkembang biak sampai seberat 633-1.050 gram, serta mempunyai panjang bentangan sayap berkisar 288-388 cm.
Spesies kangkareng hitam jantan dan betina juga memiliki perbedaan. Sang jantan biasanya memiliki paruh dan tanduk berwarna putih gading, dengan ukuran 80 % panjang paruhnya.
Terkadang, terdapat bulu putih (supercilium) dari lingkar mata atas sampai ke bagian leher. Sedangkan, betina memiliki paruh dan tanduk berwarna hitam dan berukuran lebih kecil.
Kulit mata betina umumnya berwarna merah gelap, terdapat tanduk kecil berupa tonjolan pipih di sekitar wajahnya. Mereka memiliki suara yang unik, seperti suara geraman serak.
Habitat dan Distribusi Kangkareng Hitam
Kangkareng hitam dapat kita temukan di Brunei Darussalam, Malaysia, sampai Indonesia. Populasinya juga pakar jumpai di selatan Thailand, walau dengan jumlah yang sangat kecil.
Hewan ini biasanya mendiami area hutan primer, hutan dataran rendah, hutan tepi sungai dan hutan rawa pasang surut, serta wilayah hutan sekunder yang ditebang secara selektif.
Mereka juga menetap di sekitar kanopi hutan bagian atas dan tengah. Biasanya, ditemukan mulai dari ketinggian di bawah 200 meter sampai 600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Di Indonesia, Kangkareng hitam dapat Anda jumpai di Sumatra dan Kalimantan. Ia memiliki sejumlah nama lokal yakni bruik (Iban), kalo klik (Bahau) dan lalekang (Dayak Meratus).
Tidak bisa kita pungkiri, aktivitas deforestasi menyebabkan merosotnya populasi rangkong hitam. Aktivitas perburuan liar di habitat burung ini juga semakin memperparah keberadaanya.
Perilaku dan Pola Hidup Kangkareng Hitam
Di alam liar, rangkong hidup dengan mengonsumsi buah-buahan seperti pala dan beringin. Ia mengunjungi pohon buah ketika pagi hari, serta bertengger di atasnya selama satu jam.
Tidak cuma itu, kangkareng hitam memanfaatkan momen mencari makan untuk berjemur dan mandi daun. Aktivitas ini dilakukan dalam kelompok, sambil bersautan satu sama lain.
Selain buah-buahan, spesies A. malayanus juga mengonsumsi kumbang, kupu-kupu, atau hewan kecil lainnya. Asupan ini mereka butuhkan, untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Kangkareng hitam berbiak selama 50 hari. Di Sumatra Ia bertelur pada bulan Februari, April dan November. Sedang di Kalimantan, diperkirakan bulan Januari, Agustus dan Desember.
Selama bersarang, pejantan memenuhi kebutuhan pakan betina. Setelah anaknya lahir, kedua orang tuanya terbang berpencar mencari makan untuk sang anak selama 6 bulan.
Taksonomi Spesies Anthracoceros Malayanus
Penulis : Yuhan al Khairi