Kancil Jawa atau Javan Mouse-deer adalah spesies pelanduk endemis yang berasal dari Pulau Jawa. Ia ahli prediksi merupakan ungulata (hewan berkuku) terkecil di dunia, yang tergabung dalam genus Tragulus dan ordo Artiodactyla (mamalia berkaki genap).
Javan mouse-deer populer dengan nama binomial Tragulus javanicus. Spesies ini pakar identifikasi ke dalam keluarga Tragulidae, bersama dengan lima jenis pelanduk lainnya.
Awalnya pengelompokkan kancil hanya didasarkan pada ukuran masing-masing spesies. Namun pada tahun 2004, mereka ilmuwan ‘lebur’ menjadi enam jenis yang berbeda.
Sebagian besar genus Tragulus sejatinya dapat kita temukan di negara-negara Asia. Akan tetapi, hanya spesies kancil Jawa yang hidup secara terbatas di wilayah nusantara.
Morfologi dan Ciri-Ciri Kancil Jawa
Sebagaimana pelanduk lainnya, kancil Jawa mempunyai ukuran tubuh yang cukup kecil. Panjang badannya cuma berkisar 44-55 cm dengan bagian ekor mencapai 5 cm saja.
Tinggi hewan tersebut hanya berkisar 30 cm dengan bobot rata-rata mencapai 1,5-2 kg. Karena itu, ukuran tubuh mereka biasanya tidak lebih besar daripada hewan kelinci.
Spesies T. javanicus juga bisa kita tandai dari warna bulunya. Di bagian badan atas, mereka mempunyai bulu berwarna cokelat kemerahan, sedang tengkuknya berwarna cokelat gelap.
Bulu pada bagian bawah berwarna putih dengan batas sedikit kecoklatan di tengah. Kancil ini memiliki tanda khusus di kerongkongan dan dada bagian atas yang berwarna cokelat tua.
Seluruh kancil Jawa memang tidak memiliki tanduk, namun para pejantan umumnya dapat kita cirikan melalui gigi taring yang menyembul atau memanjang keluar dari bibirnya.
Javan mouse-deer memang sangat mirip dengan rusa. Akan tetapi selain berukuran lebih mini, T. javanicus juga memiliki tungkai lebih ramping dan punggung yang melengkung.
Baca juga: Lebih Dekat dengan Rusa Totol, Primadona Istana Bogor
Habitat dan Kebiasaan Kancil Jawa
Habitat dan kebiasaan kancil Jawa mungkin tidak jauh berbeda dengan pelanduk lainnya. Mereka mendiami kawasan tepi hutan lebat dataran rendah sampai ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Pada hari biasa spesies kancil satu ini cenderung bersifat soliter atau penyendiri. Meski begitu saat musim kawin, mereka biasanya terlihat bergerombol dalam jumlah yang besar.
Pelanduk Jawa melahirkan satu sampai dua ekor bayi dalam sekali kehamilan (150-155 hari). Biasanya, sang anak akan mengikuti induk kancil hingga disapih saat berusia 84 hari.
Salah satu keunikan dari bayi kancil adalah kemampuannya dalam berjalan. Menurut riset ilmuwan, bayi tersebut mampu berdiri dan berjalan setelah 30 menit sejak dilahirkan.
Kancil Jawa sendiri tergolong sebagai satwa nokturnal. Mereka mencari makan pada malam hari berupa rumput, dedaunan, semak belukar, tumbuhan menjalar serta buah-buahan.
Untuk menyaksikan kehidupan pelanduk liar, Anda harus masuk ke dalam hutan hujan tropis primer/sekunder. Mereka biasanya berada di sekitar batu serta vegetasi lebat di dekat air.
Jenis dan Peta Distribusi Pelanduk
Mulanya masyarakat ilmiah hanya mengenal dua jenis pelanduk yakni napuh (T. napu) yang memiliki tubuh agak besar dan kancil (T. javanicus) yang tubuhnya berukuran relatif kecil.
Namun seperti yang telah kami sebutkan, belakangan kedua taksa tersebut pakar pisahkan menjadi spesies-spesies berbeda. Sehingga terbentuklah enam jenis pelanduk, meliputi:
- Kancil Jawa (T. javanicus); terbatas di Pulau Jawa
- Pelanduk kancil (T. kanchil); menyebar luas
- Kancil napu (T. napu); menyebar luas
- Pelanduk Filipina (T. nigricans); terbatas di Balabac, Palawan
- Pelanduk Vietnam (T. versicolor); terbatas di Vietnam bagian tenggara
- Kancil wiliamson (T. williamsoni); terbatas di utara Thailand dan selatan Yunan.
Peta distribusi kancil sendiri sebenarnya masih ahli perdebatkan. Minimnya informasi terkait satwa liar tersebut membuat proses identifikasi mereka semakin sulit dan cukup lama.
Bahkan ada pula pakar yang berpendapat bahwa kelompok kancil merupakan hewan asli Asia Tenggara. Penyebarannya eksklusif mulai dari Indonesia hingga wilayah Malaysia.
Berdasarkan hukum yang berlaku di Tanah Air, kancil Jawa pemerintah golongkan sebagai satwa dilindungi. Kelestariannya dijamin melalui Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Baca juga: Harimau Sumatra, Satwa Endemik yang Tersingkirkan
Taksonomi Spesies Kancil Jawa
Penulis : Yuhan al Khairi