Siapa yang tidak kenal Jeruk Bali? Jeruk yang identik dengan ukurannya yang besar ini ternyata dapat tumbuh subur di lahan gambut, akan tetapi jeruk ini masih kurang diberdayakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Menurut Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak (2017), pengelolaan tanaman ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan akan jeruk bali terutama pada perayaan keagamaan.
Jeruk bali (Citrus grandis L. Osbeck/Citrus maxima) atau sering disebut pamelo adalah buah khas Asia Tenggara antara lain di Indonesia, Vietnam, Thailand, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida, Australia Utara serta Kaledonia (Sunarjono, 2005).
Buah jeruk bali adalah buah citrus terbesar dengan diameter 15-25 cm dan berat 1-2 kg. Kulit luarnya berwarna hijau kekuningan, sementara kulit dalamnya tebal dan berwarna putih. Kulitnya yang tebal biasa dijadikan makanan manisan. Bulir jeruk bali bisa dimakan begitu saja maupun jadi campuran salad.
Secara morfologi, menurut Verheij dan Coronel (1997), tanaman jeruk bali mempunyai pohon berkayu dengan tinggi tanaman antara 5-15 m, sesuai dengan varietas, umur tanaman dan cara perbanyakan. Batang kayu sangat kokoh dengan tajuk yang tidak terlalu tinggi. Cabangnya banyak dan tidak beraturan. Jika berusia tua, tanaman ini bentuk tajuknya akan semakin tinggi dan melebar.
Letak daun pada batang terpencar-pencar sehingga daun masih bisa menerima sinar matahari. Daun berbentuk bulat telur dan lebih besar dari jenis jeruk lain. Tepi daunnya agak rata, sedangkan di dekat ujungnya agak berombak dan ujungnya tumpul. Daun muda berwarna hijau muda kekuningan dan akan berubah menjadi hijau tua. Daun tua berbulu halus, sedang yang muda tidak. Antara daun dan batang dihubungkan dengan tangkai daun yang bersayap lebar.
Jeruk bali mengandung berbagai komponen nutrisi. Jeruk ini kaya kandungan vitamin C, potassium dan serat. Dilansir pada laman food.detik.com, jeruk bali berkhasiat untuk meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, kesehatan tulang, melawan penuaan dini, menurunkan berat badan, sampai untu kesehatan gigi dan mulut. Tingginya kandungan vitamin C dan potassium dalam buah ini, membuat buah ini harus dihindari oleh pasien yang memiliki gangguan hati dan ginjal. Penderita tekanan darah rendah juga perlu waspada karena jeruk bali dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan.
Selain sumber vitamin C, jeruk bali juga memiliki kandungan pektin di dalam albedonya. Fungsi pektin awalnya digunakan dalam pembuatan gel dan selai, namun saat ini meluas, banyak digunakan dalam bidang industri baik industri makanan, minuman, maupun farmasi dan kosmetik (May, 1990).
Kebutuhan pektin untuk industri selama ini banyak diimpor dari negara China, Eropa (Jerman dan Denmark) serta Amerika. Menurut penelitian kebutuhan pektin di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020 diperkirakan kebutuhan pektin mencapai 1.320 ton (Puspitasari, 2017). Jumlah ini sebenarnya dapat dipenuhi apabila ada pemanfaatan dari kulit jeruk sebagai sumber produksi pektin oleh industri di Indonesia (Balai Riset dan Standardisasi Industri Pontianak, 2017).
Penulis: Sarah R. Megumi