Tentu tidak berlebihan, apabila Pohon Jengkol (Archidendron pauciflorum) menyandang status sebagai salah satu tanaman favorit masyarakat Indonesia. Buah dari pohon tersebut kerap menjadi olahan makanan, serta ahli sinyalir memiliki segudang manfaat bagi kesehatan.
Jengkol merupakan tanaman endemik asli Asia Tenggara. Flora beraroma khas ini tersebar mulai dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand sampai ke Indonesia.
Berkat persebarannya yang luas, pohon jengkol mempunyai banyak julukan seperti Jering di Malaysia, Da nyin thee di Myanmar, serta Luk nieng atau Luk neang di Thailand.
Bagi para penggemarnya, kuliner jengkol memang terkenal sangat nikmat. Namun, tahukah Anda mengonsumsi buah tersebut secara berlebih bisa berbahaya bagi kesehatan? Berikut selengkapnya.
Ciri-Ciri dan Morfologi Pohon Jengkol
Tanaman jering berasal dari famili Fabaceae atau polong-polohan. Morfologi tumbuhan tersebut dapat terlihat dari tingginya yang mencapai 20 m, tegak bulat berkayu, serta bertekstur licin.
Percabangan pohon jengkol tergolong sebagai simpodial dengan ciri khas warna cokelat yang tampak kotor. Bagian daunnya majemuk, berbentuk lonjong berhadapan sepanjang 10–20 cm.
Bila kita ukur, lebar daun jering umumnya mencapai 5–15 cm. Ia memiliki tepian yang rata, berujung runcing, berpangkal bulat, serta memiliki pertulangan menyirip dengan tangkai sepanjang 0,1–1 cm.
Warna daun sendiri terlihat hijau tua, sedang buahnya berwarna cokelat kehitaman. Buah tersebut mempunyai bentuk seperti bulat pipih dengan bagian biji berkeping dua dan berakar tunggang.
Tekstur biji pohon jengkol sendiri memang agak keras ketika sudah mentah, namun setelah direbus teksturnya akan berubah menjadi lebih lunak dan rasa pahitnya akan memudar.
Untuk yang senang mengonsumsi jengkol mentah, berhati-hatilah dengan getah yang berasal dari kulit biji tersebut. Sebab, cairan berwarna keunguan ini akan sulit kita hapus jika terkena pakaian.
Asal-Usul Bau Jengkol dan Cara Menghilangkannya
Sama seperti petai, buah pohon jengkol juga akan meninggalkan bau yang menyengat – bahkan sangat mengganggu bagi sebagian orang – sehabis kita mengonsumsinya.
Lantas, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Melansir Food.detik.com, ahli gizi Leona Victoria Djajadi menjelaskan, di dalam jengkol terdapat djenkolic acid atau asam jengkolat yang mengandung sulfur.
Kandungan tersebutlah yang mengeluarkan bau tak sedap pada buah pohon jengkol. Selain itu, Ia juga mengingatkan bahwa asam jengkolat memiliki beberapa efek samping jika kita makan berlebihan.
Tidak sekedar bau, buah tersebut juga menjadi penyebab dari timbulnya sakit kepala, pusing-pusing, muntah, serta penyakit kencing darah. Sehingga membatasi konsumsi jengkol sangat ahli anjurkan.
Cara Menghilangkan Bau Jengkol
Untuk Anda yang penasaran dengan cita rasa jering namun risih dengan aromanya yang menyengat, ada beberapa cara menghilangkan bau jengkol yang sering dipraktikkan oleh masyarakat, seperti:
- Mengonsumsi mentimun;
- Mengunyah segenggam beras (tidak perlu dimakan. Setelah dikunyah halus, beras tersebut bisa Anda buang kembali);
- Mengunyah permen karet atau permen mint;
- Mengunyah garam atau bubuk kopi hitam; serta
- Minum air putih atau teh hijau.
Segudang Manfaat Pohon Jengkol bagi Manusia
Menurut pakar, jengkol mengandung karbohidrat, protein, vitamin (A, B, dan C), zat besi, fosfor, kalsium, alkaloid, steroid, glikosida, tanin, flavonoid, serta saponin yang berkhasit bagi kesehatan.
Bahkan, di dalam 100 g jengkol terkandung 80 mg vitamin C, 23,3 mg protein, 4,7 mg zat besi, 140 mg kalsium, dan 166,7 mg fosfor. Tidak cuma buahnya, ekstrak kulit flora tersebut juga bermanfaat!
EJK atau Ekstrak Kulit Jengkol mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, glikosida, dan steroid/triterpenoid yang berguna sebagai antibakteri, antibiotik, antiradang, serta antioksidan.
Senyawa tanin pada kulit pohon jengkol pun ahli percaya berfungsi sebagai obat luka bakar, yang dapat menjadi formulasi dalam bentuk salep dan juga gel.
Di negara Malaysia, EKJ awam gunakan sebagai pewarna alami penghasil corak ungu pada kain sutra. EKJ juga berguna sebagai pencuci rambut, serta perwarna anyaman hitam bagi warga Kalimantan.
Lebih jauh lagi, pohon jengkol kerap publik manfaatkan dalam membuat peti mati. Para ahli pun tengah mengembangkan flora ini menjadi biomassa alternatif sesuai jurnal Teknologi Kimia Unimal (2016).
Taksonomi Pohon Jengkol
Referensi
Indah Sinaga, Universitas Medan Area
Bima Salingga Putra, Universitas Sriwijaya
Alfin Surya, Akademi Analis Kesehatan Pekanbaru
Penulis: Yuhan Al Khairi, Sarah R. Megumi