Jamur webcap berbeda dengan tipikal jamur beracun pada umumnya. Ia tidak mempunyai tampilan yang mencolok, baunya pun cenderung menyerupai lobak. Namun jangan pernah memakan jamur ini, sebab mereka mengandung toksin yang sangat mematikan.
Webcap merupakan spesies jamur beracun yang berasal dari keluarga Cortinariaceae. Jamur ini tergabung dalam genus Cortinarius, sehingga dikenal dengan nama binomial Cortinarius rubellus.
Sebelum diperkenalkan sebagai C. rubellus oleh Mordecai Cooke pada tahun 1887, webcap lebih dulu dinamai sebagai C. speciosissimus, C. orellanoides, C. rainierensis, dan Dermocybe orellanoides.
Cortinarius sendiri adalah genus jamur dengan anggota terbanyak di dunia. Sebagian spesiesnya dapat kita konsumsi seperti C. caperatus, tetapi sebagian lainnya sangat beracun seperti C. rubellus.
Morfologi dan Ciri-Ciri Jamur Webcap
Secara klasifikasi, jamur webcap tergolong sebagai jamur agaric. Jamur ini bisa dikenali dari bagian payung, batang, dan insangnya. Beberapa anggota agaric juga memiliki cincin, tetapi webcap tidak.
Jamur webcap dikenal mempunyai ukuran yang cukup besar dengan warna cokelat kemerahan. Mereka tumbuh di lantai hutan atau di balik serasah, dengan payung berbentuk kerucut sampai cembung.
Saat berubah menjadi cembung, warna awal payung webcap berubah menjadi agak jingga. Permukaan payungnya mempunyai diameter 4–8 cm, terlihat kering dan terkadang sedikit bersisik.
Bagian insang bisa kita lihat dengan jelas karena memiliki rongga besar. Insangnya itu tertutupi oleh cortina (kerudung seperti sarang laba-laba) saat muda, tapi berangsur-angsur menghilang ketika dewasa.
Warna insang berubah dari kekuningan pucat menjadi cokelat berkarat. Tangkainya agak bengkok dengan tinggi 5–10 cm dan diameter 15 mm. Coraknya tampak seperti kulit ular dengan warna khas kekuningan.
Habitat dan Distribusi Jamur Webcap
Jamur webcap sebenarnya bukan jenis fungi yang gampang ditemukan. Mereka memiliki peta persabaran cukup spesifik, yakni di daerah hutan beriklim sedang hingga subalpine di Eurasia dan Amerika Utara.
Untuk bertahan hidup, jenis jamur ini menjalin hubungan mutualisme dengan pohon konifer, khususnya pinus dan cemara. Mereka tumbuh dalam kelompok kecil di atas tanah yang lembap dan agak asam.
Spesies C. rubellus membantu menguraikan organisme yang telah mati, sehingga dapat menyuburkan tanah di sekitar pohon konifer. Sebagai gantinya, pohon ini memberikan sumber nutrisi bagi jamur tersebut.
Sampai saat ini, webcap sempat dijumpai di Pegunungan Yatsugatake, Jepang, British Columbia dan Washington barat, Amerika Utara, hingga wilayah Skotlandia dan pulau-pulau kecil di bagian utara Inggris.
Jamur webcap muncul pada akhir musim panas dan awal musim dingin. Mereka terlihat mekar pada bulan Agustus sampai November di Inggris. Namun, sangat jarang ditemukan tumbuh di area yang sama.
Kandungan dan Racun Jamur Webcap
Jamur webcap adalah satu dari tujuh spesies jamur paling mematikan di dunia. Jamur ini tidak dapat dikonsumsi dengan metode memasak apapun, sebab racunnya sudah ada sejak mereka masih kecil.
Tidak cuma C. rubellus, kerabatnya yakni C. orellanus juga mempunyai kandungan yang sama. Kandungan racun itu dikenal sebagai orellanin, yang awalnya menyebabkan gejala penyakit seperti terserang flu.
Dibanding racun lainnya, periode laten racun orellanin tergolong cukup lama. Reaksi puncaknya baru bisa terlihat dalam waktu 2 hari hingga 3 minggu, sehingga sering menyebabkan kesalahan diagnosis.
Apabila dibiarkan terlalu lama, kandungan racun orellanin bisa memicu terjadinya kerusakan gijal dan hati. Bantuan medis sangat diperlukan, sebab toksisitas racun tersebut dapat menyebabkan kematian.
Penting mengenali morfologi C. rubellus untuk menghindarinya. Selain itu, jangan pernah memakan jamur liar yang dijumpai di dalam hutan. Apalagi jika tidak memiliki pemahaman cukup terkait jamur tersebut.
Taksonomi Cortinarius Rubellus
Penulis : Yuhan al Khairi