Jamur Tinta, Penghasil Cairan Hitam Alami yang Bisa Dimakan

Reading time: 2 menit
Jangan pernah mencampur jamur tinta ini dengan minuman beralkohol ya! Foto: Shutterstock

Di zaman modern seperti saat ini, tinta dibuat melalui proses pabrikasi dengan melibatkan berbagai macam senyawa. Namun, tahukah Anda bahwa tinta pernah dibuat menggunakan cairan hitam dari jamur? Inilah Coprinopsis atramentaria, atau biasa disebut jamur tinta.

Jamur tinta adalah salah satu spesies cendawan yang berasal dari famili Psathyrellaceae. Ini ditemukan oleh Pierre Bulliard pada 1786, serta dipublikasi sebagai Agaricus atramentarius.

Pemindahan jamur C. atramentaria ke genus Coprinopsis sejatinya baru terjadi pada tahun 2001. Sebelumnya ia juga sempat digabungkan ke dalam genus Coprinus, sejak tahun 1838.

Selain itu, spesies C. atramentaria dijuluki juga sebagai jamur topi bertinta atau jamur tinta bertopi kasar. Ia pun dikenal sebagai “tippler bane” karena cukup sensitif terhadap alkohol.

Morfologi dan Ciri-Ciri Jamur Tinta

Jamur tinta tumbuh secara berkelompok dengan diameter 3–10 cm. Topinya berwarna abu-abu atau abu-abu kecokelatan. Bentuk awalnya seperti lonceng, namun kemudian terbelah.

Saat dewasa, warna bagian tengah topi fungi tersebut terlihat lebih kecokelatan. Menjelang tua warna cokelatnya semakin menyebar, lalu warnanya menghitam hingga jamur meleleh.

Cairan hitam yang terkandung dalam C. atramentaria kaya akan spora. Dengan melelehkan diri, jamur tersebut dapat menyebarkan spora dan menghasilkan individu jamur yang baru.

Stipe atau batang jamur tinta juga tidak terlalu besar; tingginya 5–17 cm dengan lebar 1–2 cm. Ini berwarna abu-abu, tidak mempunyai cincin dan tertutup oleh topi saat masih muda.

Cetakan sporanya berwarna cokelat tua dengan bentuk seperti almon. Ukurannya mencapai 8–11 x 5–6 mikrometer, serta memiliki daging buah yang tipis dan berwarna abu-abu pucat.

Habitat dan Distribusi Coprinopsis Atramentaria

Jamur tinta sejatinya adalah spesies fungi saprobik. Meskipun terlihat terestrial, ia biasanya tumbuh di atas kayu yang telah busuk dan terkubur, atau di atas akar tua di sekitar tunggul.

Di negara empat musim, pertumbuhannya di mulai pada musim semi, panas dan gugur. Ini sangat umum di belahan dunia utara, meliputi kawasan Eropa, Amerika Utara, hingga Asia.

Meski begitu, budi daya jamur tinta sendiri sudah menyebar sampai ke Australia dan Afrika Selatan. Mereka bisa kita temukan di Royal Botanic Gardens dan sepanjang Danau Torrens.

Tidak perlu menjelajah hutan, kita bisa melihat pertumbuhan jamur ini di daerah perkotaan. Mereka umumnya tumbuh di area padang rumput hingga lahan terbuka di sekitar sisi jalan.

Jika berada di habitat yang tepat, rumbainya dapat berkembang biak dengan ukuran cukup besar. Jamur ini cukup mudah berbiak dan mampu berbuah beberapa kali dalam satu tahun.

Kandungan dan Manfaat Coprinopsis Atramentaria

Secara umum, C. atramentaria dikenal sebagai fungi penghasil cairan hitam yang berguna sebagai tinta. Ia juga dapat kita konsumsi, meskipun memiliki kadar toksin yang berbahaya.

Gejala keracunan jamur tinta sangat mirip dengan orang mabuk; pusing, mual dan muntah. Toksin bekerja jika tercampur alkohol, sehingga keduanya tidak bisa dikonsumsi bersamaan.

Menurut penelitian, C. atramentaria mengandung senyawa coprine berupa Poisindex V. Ini dapat memicu terjadinya keracunan, yakni setelah tiga jam mengonsumsi jamur tersebut.

Lama atau tidaknya dampak toksin tersebut bergantung pada kadar alkohol yang diminum. Semakin banyak maka akan semakin lama, bahkan bisa berlangsung sampai dengan 5 hari.

Karena itu, jangan pernah mencampurkan jamur tinta dengan minuman beralkohol. Untuk menghindari keracunan, kita tidak dianjurkan mengonsumsi jamur liar secara sembarangan.

Taksonomi Spesies Jamur Tinta

Penulis : Yuhan al Khairi

Top