Jamur saffron milkcap atau Lactarius deliciosus adalah salah satu jenis jamur yang dapat kita makan dan mengeluarkan aroma seperti buah. Berasal dari famili Russulaceae dan memiliki nama ilmiah sinonim Agaricus lactifluus var. deliciosus dan Agaricus deliciosus L. Selain itu, jamur ini juga dikenal sebagai jamur pinus merah.
Carl Linnaeus pertama kali mendeskripsikan jamur ini pada tahun 1753 dengan nama A. deliciosus. Kemudian, di tahun 1821, seorang ahli mikologi Inggris Samuel Frederick Gray memperbaiki taksonomi jamur ini dan mengubah nama ilmiahnya menjadi Lactarius deliciosus.
Penamaan genus Lactarius mengacu pada lateks yang keluar saar jamur ini dipotong, sedangkan nama spesies deliciosus mengacu pada rasa lezat dari olahan jamur ini.
Saffron Milkcap Menghasilkan Lateks Oranye yang Dapat Berganti Warna
Lactarius deliciosus umumnya muncul saat bulan Agustus hingga Oktober, memiliki tudung oranye kemerahan atau kehijauan berdiameter 6-20 cm. Saat basah, permukaanya akan menjadi lengket jika kita sentuh.
Bagian lamelanya tersusun padat, berwarna oranye terang yang berubah menjadi hijau ketika memar, dan menghasilkan lateks berwarna oranye yang dapat berubah menjadi hijau. Selain itu, jamur ini juga memiliki batang pendek yang berongga, berukuran panjang sekitar 5-8 cm dan diameter 1,5-2 cm.
Pada permukaan batangnya, terdapat bercak lubang oranye terang. Jamur ini memiliki spora berbentuk ellipsoidal, berukuran 7-9 x 6-7µm dengan cetakan spora berwarna merah muda pucat. Jamur yang lezat ini tersebar luas di hutan pinus Eropa dan Asia.
Lezat dan Mengandung Banyak Senyawa Baik
Jamur saffron milkcap yang masih muda dan tepi tudungnya masih menggulung konon paling enak untuk kita makan. Selain itu, kita juga dapat mengolahnya dengan berbagai cara. Seperti diiris tipis-tipis, kemudian dipanggang dengan steak. Untuk menghilangkan rasa pahit dan tekstur berseratnya, jamur ini lebih baik dimasak sampai benar-benar matang dengan sempurna.
Jurnal Food Bioscience melansir bahwa L. deliciosus mengandung serta makanan dan asam amino tinggi, rendah lemak, dan kaya mineral. Selain itu, juga mengandung berbagai senyawa fenolik seperti asam p-hidroksibenzoat, asam hinat, asam p-kumarat, asam klorogenat, asam galat, dan lainnya.
Selain itu, ada pula senyawa bioaktif β-Glukan, polisakarida. Jamur ini juga memiliki aktivitas senyawa antimikroba, aktivitas hipoglikemik, anti-penuaan, efek pengaturan kekebalan tubuh, efek anti-kelelahan, dan efek anti-tumor.
Penulis: Anisa Putri S
Editor: Indiana Malia