Spesies Pycnoporus sanguineus cukup mudah kita kenali dari tubuh buahnya yang berwarna merah oranye. Jamur merah ini sejatinya mempunyai khasiat obat, tetapi tidak bisa dikonsumsi secara langsung karena mengandung racun yang berbahaya.
Berasal dari genus Pycnoporus, jamur merah atau jamur brama merupakan salah satu anggota famili Polyporaceae yang tergabung dalam divisi Basidiomycota dan kelas Agaricomycetes.
Anggota keluarga ini biasanya dapat kita identifikasi dari tubuh buahnya yang berbentuk kipas. Permukaan jamur tersebut terasa cukup keras, sehingga mirip seperti tekstur kayu atau papan.
Selain P. sanguineus, spesies Pycnoporus yang ditemukan di Indonesia adalah P. puniceus. Keduanya terlihat sangat mirip, sehingga sangat sukar dibedakan dengan mata telanjang.
Morfologi dan Ciri-Ciri Jamur Merah
Jika diperhatikan, warna jamur merah memiliki sedikit corak kekuningan dan jingga. Jamur ini tidak memiliki batang, sehingga tubuh buahnya tumbuh secara langsung dari permukaan kayu.
Seperti yang telah disebutkan, bentuk jamur tersebut mirip seperti kipas; hampir bulat dengan pinggiran mengeriting. Walau bertekstur keras, daging buahnya terlihat cukup mengkilat.
Berbeda dengan bagian atas, permukaan bawah jamur ini berwarna oranye gelap. Terdapat pori-pori berbentuk bulat pada bagian tersebut, jumlahnya sekitar 5–6 pori tiap 1 mm persegi.
Bila dihitung secara keseluruhan, diameter P. sanguineus sekitar antara 4–5 cm. Ketebalannya hanya mencapai 0,4 cm, dengan tekstur yang semakin menipis pada bagian pinggirnya.
Secara mikroskopis bisa terlihat bahwa sporanya berbentuk silinder dan agak runcing di bagian ujung. Spora tersebut menempel pada sterigma, dengan ukuran 5–6 x 2–2,5 mikrometer.
Habitat dan Distribusi Jamur Merah
Jamur merah ditemukan hidup pada batang pohon yang telah mati. Daerah teritorinya biasanya berada di area terbuka, dengan tumbuhan yang menjadi substrat berasal dari jenis hardwood.
Beberapa spesies tumbuhan tersebut adalah Acacia spp., Fagus spp., Quercus spp., Nyssa spp., Liquidambar spp. dan Platanus spp, serta beberapa spesies dari keluarga Juglandaceae.
Di Indonesia sendiri, fungi ini biasa ditemukan di dahan mati atau tunggul-tunggul pohon seperti Acacia mangium, Tamarindus indica, Quercus spp., hingga pohon merbau dan kayu lawak.
Peta persebarannya terbilang sangat luas karena meliputi wilayah bagian tenggara hingga utara benua Amerika, Afrika bagian timur, Malaysia, benua Australia, sampai dengan Indonesia.
Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sumba, dan Sumbawa merupakan distribusi jamur ini. Salah satu habitat terbesarnya dapat kita temukan di Taman Nasional Gunung Leuser.
Tak cuma itu, beberapa daerah juga memiliki julukan berbeda bagi fungi ini. Ia dikenal sebagai kulat bireng seruh di Bangka, brama di Jawa, kolat brama di Madura, dan pipi eja di Sulawesi.
Manfaat dan Kegunaan Jamur Merah
Sejak dahulu kala, masyarakat Indonesia dan Malaysia mengenal jamur merah sebagai bahan baku obat. Ini dipercaya ampuh menyembuhkan berbagai penyakit, terutama untuk obat luar.
Penyakit kandungan, kelamin, kusta, kulit, hingga pendarahan dapat diobati dengan fungi ini. Cara raciknya pun beragam, salah satunya mencampurkan jamur dengan minyak dan rempah.
Di Malaysia, jamur ini bermanfaat untuk mengobati eksema dan menghilangkan benjolan kusta. Sedangkan di Indonesia, bubuknya dicampurkan dengan minyak untuk mengobati bengkak.
Merujuk publikasi LIPI, kulat bireng seruh mempunyai sifat antibakteri dan antijamur. Ekstraknya juga berkhasiat untuk mengatasi penyakit persendian, seperti rematik, artritis, hingga gout.
Mengonsumsi spesies P. sanguineus sangat tidak disarankan, sebab dapat memicu terjadinya keracunan. Efek taksin jamur ini di antaranya muntah-muntah, mabuk, sampai dengan diare.
Taksonomi Pycnoporus Sanguineus
Penulis : Yuhan al Khairi