Jamur beracun umumnya dapat kita kenali dari warnanya yang mencolok serta aroma yang semerbak. Namun, ternyata ada pula spesies jamur konsumsi yang memiliki ciri-ciri serupa. Inilah Cantharellus cibarius, atau biasa awam sebut sebagai jamur chanterelle.
Chanterelle atau chanterelle emas adalah salah satu spesies jamur yang berasal dari genus Cantharellus. Fungi ini tumbuh pada kulit kayu yang mati, tepatnya di area hutan primer.
Melihat klasifikasinya, jamur chanterelle pakar gabungkan dalam keluarga Cantharellaceae. Kelompoknya memiliki ordo Cantharellales, serta datang dari kelas fungi Agaricomycetes.
Secara fisik, tampilan spesies C. cibarius sangat mirip dengan Hygrophoropsis aurantiaca. Walau sama-sama berwarna kuning, kedua jamur itu mempunyai edibilitas yang berbeda.
Morfologi dan Ciri-Ciri Jamur Chanterelle
Chanterelle emas bisa kita kenali dari topinya yang terangkat ke atas, berbentuk bulat, serta bergaris di bagian tengah. Sekilas, bagian topi tersebut terlihat seperti kembang terompet.
Warna mereka juga sangat khas. Seperti namanya, jamur chanterelle berbiak dengan warna kuning pekat. Ini berbeda dengan H. aurantiaca, yang warna kuningnya tampak lebih muda.
Diameter topi sendiri berkisar 3-5 cm, permukaannya kenyal serta agak licin. Bagian bawah topi tampak berbilah dan berwarna kuning, dengan posisi tangkai terletak di bagian sentral.
Ketika sudah tua, warna jamur tersebut berubah menjadi agak jingga. Bentuk tangkai jamur chanterelle menyerupai ranting kayu, warnanya kecokelatan dengan panjang antara 3-5 cm.
Melansir berbagai sumber, spesies C. cibarius dikenal memiliki sifat insektisida. Kandungan ini tidak berbahaya bagi manusia, namun dapat melindungi jamur dari serangga dan bakteri.
Habitat dan Distribusi Jamur Chanterelle
Peta persebaran jamur chanterelle terbilang cukup luas. Ia paling banyak dijumpai di utara Eropa, Amerika Utara (termasuk Meksiko), Turki, serta Himalaya (Kashmir hingga Nepal).
Di benua Afrika, jamur ini menyebar mulai dari Zambia, Kongo dan Uganda. Sedangkan di Eropa, ia berbiak di wilayah Ukraina, negara-negara Eropa Tengah, sampai Britania Raya.
Di Inggris, C. cibarius biasanya berkembang biak sepanjang bulan Juli sampai Desember. Ia cukup umum warga temukan di kawasan hutan pinus berlumut hingga hutan pegunungan.
Jamur chanterelle bahkan dapat pula kita jumpai di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Sumatera Selatan. Populasinya tidak terlalu besar, sebab tumbuh di musim tertentu saja.
Budi daya chanterelle memang belum populer di Tanah Air. Padahal jamur ini mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, harga jualnya bisa mencapai Rp 3,3 juta (US$ 224) per 500 gram.
Kandungan dan Manfaat Jamur Chanterelle
Selain faktor pertumbuhan, tingginya harga chanterelle emas dipengaruhi oleh kandungan serta manfaatnya. Jamur ini ahli sinyalir menyimpan vitamin D, B5 dan B3, hingga zat besi.
Bagi penderita penyakit sendi, kalsium yang terkandung dalam jamur C. cibarius efektif untuk menguatkan tulang. Antioksidannya juga baik untuk mencegah efek radikal bebas.
D-fraction merupakan salah satu senyawa yang ampuh melawan sel kanker. Meskipun perlu diteliti lebih lanjut, senyawa yang satu ini pakar yakini terkandung pada jamur chanterelle.
Melihat berbagai kandungannya, tak salah jika fungi beraroma aprikot itu dibanderol sangat mahal. Ia biasanya diolah menjadi menu pendamping, dengan cita rasa yang sedikit pedas.
Perlu Anda ingat, hindari mengonsumsi jamur chanterelle dalam jumlah berlebih. Pasalnya, fungi ini dapat memicu alergi hingga penyakit rematik akibat kandungan beta glukannya.
Taksonomi Spesies Cantharellus Cibarius
Penulis : Yuhan al Khairi