Morchella atau Jamur Morel adalah fungi konsumsi yang tergolong sebagai organisme saprofit. Mereka berbiak di tanah kaya humus, daun kering, serta batang pohon yang telah meranggas. Berkat kelangkaannya, jamur ini dihargai begitu tinggi di pasar internasional.
Mirip seperti Jamur Matsutake, metode pembudidayaan Morchella memang belum pakar temukan. Sehingga untuk mendapatkan jamur tersebut, para petani harus memburunya langsung di alam liar.
Selain itu, musim panen Morchella juga terbilang sangat singkat. Mereka tumbuh sepanjang bulan Maret sampai Juni, kemudian ia hanya bisa kita panen sebanyak satu kali dalam waktu setahun.
Karena keistimewaannya tersebut, jamur morel masyarakat daulat sebagai fungi edible termahal kedua setelah spesies Black Truffle. Harga pasarannya bahkan bisa mencapai US$77 atau Rp1 juta per ons.
Morfologi dan Klasifikasi Jamur Morel
Di Tanah Air, habitat jamur morel ahli temukan berada di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Spesies ini diidentifikasi sebagai Morchella aff. deliciosa berkat kemiripan ciri fisik atau morfologinya.
Penggunaan ‘aff’ di antara genus dan penunjuk spesies merujuk pada Hall et al. (2003), yang berarti spesies ini termasuk dalam genus Morchella, namun memiliki morfologi menyerupai jenis deliciosa.
Dalam jurnal Institut Pertanian Bogor, peneliti mengungkapkan bahwa M. aff. deliciosa memiliki ciri tubuh berupa spons bertangkai dengan tudung berbentuk bulat telur memanjang dan silindris.
Panjang jamur morel biasanya mencapai 5 – 7 cm dengan lebar 3 – 4 cm. Permukaannya tampak berkerut atau beralur tak beraturan, dengan warna tudung putih atau kuning-cokelat saat dewasa.
Apabila kita belah tudung Morchella terlihat berongga, warnanya senada tapi lebih cerah dari tubuh bagian luar. Ukuran batang 1 – 1,5 x 2 – 4 cm, berwarna putih dengan bentuk lebar di bagian bawah.
Berdasarkan tampilan warna tudung dan batangnya, klasifikasi morel ilmuwan bagi ke dalam tiga kelompok yakni Morel Hitam (Black Morel), Kuning (Yellow Morel), dan Putih (White Morel).
Musim Tumbuh dan Habitat Jamur Morel
Jamur morel berbiak cukup cepat, namun ia membutuhkan habitat spesifik untuk berbiak secara sempuna. Durasi hidupnya pun berbeda-beda, tergantung pada lokasi dan spesies jamur tersebut.
Menurut penelitian, umumnya spesies Morchella memiliki fase makroskopis atau tubuh buah 22 – 27 hari. Di daerah beriklim sedang, ia muncul pada awal musim semi antara bulan Maret dan April.
Sama seperti durasi hidupnya, habitat fungi ini bervariasi. Spesies yang sama mungkin memilki syarat tumbuh berbeda, hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh tempat pertumbuhan jamur tersebut.
Jamur morel terdistribusi di wilayah subtropis atau beriklim sedang dengan empat musim. Mereka belum pernah ahli laporkan ada di daerah tropis, meski bisa pula berbiak di habitat hutan campuran.
Umumnya, kelompok fungi Morchella tumbuh di hutan konifer, hutan oak, atau hutan eukaliptus. Kehadirannya erat pakar kaitkan dengan gangguan ekosistem layaknya kebakaran hutan.
Kandungan dan Manfaat Jamur Morel
Walau harus merogoh kocek yang dalam, manfaat jamur morel ternyata tidak main-main. Jamur ini mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga sangat baik dikonsumsi oleh manusia.
Merujuk berbagai riset, makanan mewah ini tergolong tinggi protein, rendah karbohidrat, lemak dan kalori, kaya vitamin dan mineral. Ia ahli sinyalir mengandung vitamin B, folat, niasin, serta tiamin.
Dalam sebuah penelitian, pakar mengungkapkan bahwa 100 g jamur morel setidaknya mengandung 411 mg kalium, 194 mg fosfor, 43 mg kalsium, 21 mg sodium, 19 mg magnesium, dan 12 mg zat besi.
Di Negeri Tirai Bambu, Morchella berguna sebagai pereda batuk, gangguan pencernaan, dan asma. Miseliumnya bahkan ahli gadang-gadang memiliki senyawa antitumor, antioksidan, dan antiradang.
Meski begitu, mengolah jamur morel sebagai bahan masakan tidak boleh serampangan. Untuk menghilangkan efek racunnya, jamur tersebut harus kita olah sampai benar-benar matang.
Taksonomi Jamur Morchella
Penulis: Yuhan Al Khairi