Setelah 55 juta tahun hidup di Bumi, spesies Badak Putih Utara kini dinyatakan punah. Kabar ini sontak menyita perhatian publik, serta menjadi perbincangan hangat di media sosial. Namun, benarkah hewan bercula dua tersebut benar-benar binasa?
Berita kepunahan spesies Northern White Rhinoceros sejatinya santer terdengar mulai tahun 2018. Saat itu, Sudan, seekor badak putih jantan terakhir pakar temukan mati pada usia 45 tahun.
Badak yang berasal dari Konservasi Ol Pejeta, Kenya itu ahli duga meninggal karena faktor usia. Terlebih, fisik Sudan pakar ketahui sudah mulai lumpuh dari bagian pinggang sampai ke bawah.
Kabar yang saat ini menggemparkan jagat maya agaknya berasal dari kisah serupa. Karena itu, bisa dipastikan status konservasi badak putih utara masih berada pada level “punah secara fungsional.”
Mengenal Ciri-Ciri Spesies Badak Putih Utara
Badak putih utara adalah satu dari dua subspesies badak putih endemik asli Afrika. Ia berkerabat dengan badak putih selatan, serta tergolong sebagai mamalia terbesar ketiga yang ada di dunia.
Bagi para ilmuwan, northern white rhinoceros dikenal dengan nama ilmiah Ceratotherium simum cottoni. Hewan ini memiliki ciri khusus pada bentuk mulut, serta jumlah cula atau tanduknya.
Menurut penelitian, bobot rata-rata spesies C. s. cottoni dapat mencapai 1,6 – 4 ton. Sebab tergolong sebagai pemakan rumput-rumputan, bentuk bibir mereka cenderung melebar daripada meruncing.
Bukan cuma itu, salah satu perbedaan spesies badak putih dan badak lain terletak pada culanya. Spesies C. simum umumnya memiliki dua cula, yang bisa berkembang sebanyak 3 inci setiap tahun.
Usut punya usut, bagian depan (anterior) cula badak putih utara lebih panjang daripada tanduk belakangnya (posterior). Kedua cula tersebut ahli klaim dapat tumbuh sepanjang 0,6 – 1,5 meter.
Warna kulit badak ini memang abu-abu pucat. Kata ‘putih’ adalah kesalahan interpretasi kata ‘weit’ yang bermakna lebar dalam aksen Afrika, menjadi ‘white’ yang berarti putih dalam bahasa Inggris.
Habitat dan Pola Reproduksi Badak Putih Utara
Di alam liar, badak putih utara hidup secara berkelompok hingga 14 individu. Mereka menempati wilayah padang rumput dan sabana, yang berjarak sekitar 25 km dari sumber air terdekat.
Pada saat musim kering, spesies hewan ini mampu bertahan hidup tanpa air selama 4 – 5 hari. Kendati demikian, mereka juga akan minum sebanyak dua kali sehari apabila memungkinkan.
Pada dasarnya, usia spesies badak rata-rata terhitung cukup panjang. Di habitatnya mereka mampu bertahan hidup sampai usia 40 tahun, bahkan yang tertua ahli temukan mencapai usia 50 tahun.
Jika terjadi secara alami, sebagain besar kematian badak disebabkan oleh komplikasi penyakit usia. Selain itu, satwa yang satu ini pakar ketahui mempunyai pola reproduksi yang cukup lambat.
Badak putih utara jantan baru memiliki kematangan seksual pada usia 5 – 7 tahun. Sedangkan sang betina mampu berkembangbiak saat usia 3 – 5 tahun, dengan interval kehamilan antara 2 – 3 tahun.
Rentan waktu kehamilan inilah yang kerap menjadi persoalan. Dengan durasi rata-rata mencapai 16 – 18 bulan, proses kehamilan tersebut bahkan dua kali lebih lama dibandingkan manusia.
Penyebab Kepunahan Spesies Badak Putih Utara
Setiap tragedi kepunahan satwa pasti ada alasannya. Walau pernah melimpah di Chad, Sudan, Uganda dan beberapa wilayah Afrika lainnya, populasi C. s. cottoni kini sangat memprihatinkan.
Tak bisa kita pungkiri, perdagangan serta perburuan liar adalah faktor utama penyebab kepunahan northern white rhinoceros. Mereka oknum buru untuk diambil culanya, lalu dijual di pasar gelap.
Di Cina, Taiwan, Hong Kong dan Singapura, cula badak jamak awam gunakan sebagai obat-obatan. Sedang di Afrika Utara dan Timur Tengah, cula tersebut oknum fungsikan sebagai pegangan belati.
Kondisi ini bahkan diperparah dengan rusaknya habitat asli badak putih utara. Tingginya aktivitas komersialisasi hutan membuat populasi mereka semakin tergerus dan tak mampu bertahan.
Meski begitu, masa depan pelestarian C. s. cottoni masih terbuka lebar. Sebab saat ini ahli sedang mengusahakan sejumlah cara penyelamatan, untuk memulihkan status kepunahan badak tersebut.
Status Konservasi dan Upaya Penyelamatan
Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa spesies badak putih utara pakar nyatakan “punah secara fungsional?” Ternyata, hal ini merujuk pada ketidakmampuan pembiakkan individu yang tersisa.
Melansir Suara.com, pihak Konservasi Ol Pejeta mengklaim masih memiliki dua individu badak betina. Keduanya merupakan seekor induk dan anakan, yang ahli beri nama Najin dan Fatu.
Untuk mencegah kepunahan total, ilmuwan rencananya akan memanen telur dari kedua badak betina. Telur tersebut lantas dibuahi secara artifisial dengan menggunakan sperma beku Sudan.
Upaya menghasilkan embrio badak putih utara nyatanya sukses besar. Pada Agustus 2019, dua embrio baru muncul. Sedangkan pada Desember 2019, tiga embrio lainnya berhasil ahli temukan.
Pada Januari silam, tim gabungan peneliti dan Konservasi Ol Pejeta bahkan berhasil menciptakan dua embrio lainnya. Sehingga sampai saat ini, total embrio badak putih utara mencapai lima buah.
Taksonomi Ceratotherium Simum Cottoni
Penulis: Yuhan Al Khairi