Coelacanth Indonesia atau dikenal publik dengan nama Ikan Raja Laut adalah satu dari dua spesies coelacanth (jenis ikan purba) yang masih tersisa. Spesies ikan ini sempat dinyatakan punah sekitar 80 juta tahun silam, lalu kembali masyarakat temukan pada 1997 di kawasan perairan Indonesia.
Tidak sekali, kabar penemuan satwa tersebut sebenarnya sudah pernah tercatat dalam publikasi pada 1938. Pada saat itu, jenis coelacanth yang ahli temukan ialah Latimeria chalumnae/coelacanth Komoro.
Penamaan untuk ikan itu sendiri dari salah satu nama penemu serta daerah persebaran mereka, yakni Kepulauan Komoro, tepatnya di muka Sungai Chalumna, Afrika Selatan.
Lain halnya di Tanah Air, kisah penemuan ikan raja laut terbilang cukup unik dan tidak terduga. Hewan ini tak sengaja terjaring oleh seorang nelayan di sekitar Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara.
Kisah Penemuan Ikan Raja Laut di Indonesia
Ilmuwan bernama Mark Erdmann adalah orang yang pertama menyadari keberadaan coelacanth di Nusantara. Ketika itu, ia sedang bertandang ke pasar Manado Tua dan tidak sengaja melihat ikan aneh yang pedagang jual di sana.
Awalnya ia mengira ikan tersebut adalah spesies coelacanth komoro. Erdmaan lantas meminjam kamera salah satu rekan dan memotret ikan tersebut, lalu membawa fotonya kembali ke Amerika.
Sesampainya di Amerika, Erdmann langsung menyerahkan temuan tersebut kepada profesornya.
Setelah melalui tahap identifikasi secara seksama, barulah mereka meyakini bahwa temuan Erdmann di Pasar Manado Tua sangat penting bagi ilmu pengetahuan serta dunia konservasi perikanan.
Di tahun 1998, Erdmann memutuskan balik ke Indonesia untuk meneliti ikan raja laut lebih dalam.
Setelah menunggu berbulan-bulan, barulah seorang nelayan bernama Lameh Sonathan berhasil menangkap ikan tersebut dan membawanya langsung ke hadapan sang ilmuwan.
Pada tahun yang sama, penemuan spesies coelacanth Indonesia resmi pihak berwenang umumkan ke publik dengan nama ilmiah Latimeria menadoensis. Terlihat jika nama tersebut berasal dari genus dan juga habitat asli mereka.
Perbedaan L. Menadoensis dan L. Chalumnae berdasarkan Morfologi
Jenis ikan raja laut sebenarnya cukup mudah kita identifikasi. Secara morfologi, fauna yang satu ini umumnya mempunyai ciri fisik yang berbeda dari ikan kebanyakan.
Keunikan yang paling nyata dan bisa kita lihat adalah keberadaan sirip dada, sirip perut, sirip anal (bagian belakang bawah), dan sirip punggung yang tidak menyatu dengan tubuh.
Seluruh sirip tersebut justru tampak menjulur, bercuping dan berdaging layaknya tungkai. Jumlahnya pun tidak lumrah. Jika ikan biasa lengkap dengan enam sirip, coelacanth memiliki tujuh sirip di badannya.
Lantas, bagaimana perbedaan antara spesies ikan raja laut dan ikan purba dari Komoro? Meski terlihat mirip, keduanya justru dapat kita bedakan melalui warna kulitnya.
L. chalumnae mempunyai warna kebiru-biruan dengan noda putih yang tidak beraturan pada sisiknya. Sedang di L. menadoensis, warna sisik tersebut justru tampak kecokelat-cokelatan.
Selain perbedaan warna, ada pula perbedaan dari segi merisitik. Ikan raja laut mempunyai jari-jari pada sirip punggung kedua, yang jumlahnya lebih sedikit daripada ikan purba Komoro.
Namun, jumlah jari-jari pada sirip ekor mereka terhitung lebih banyak ketimbang saudaranya. Menurut pakar dari 23 karakter meristik sebesar 52% di antaranya berbeda.
Habitat, Kebiasaan dan Cara Reproduksi Ikan Raja Laut
Tipe habitat jenis ikan purba ini merupakan cekungan vulkanik dengan kedalaman 100-400 mdpl. Memiliki struktur mirip gua, lokasi ini pakar duga merupakan tempat perlindungan si ikan.
Walaupun kedalaman habitat hewan ini tidak terlalu dalam, namun suhu perairan yang ada di sekitar terbilang cukup dingin. Kisaran suhu pada habitat ikan raja laut adalah antara 12-18 C.
Seperti tempat tinggal hewan lainnya, lokasi bermukimnya coelacanth Indonesia juga penuh oleh sumber makanan mereka yakni krustase, ikan bentik, dan jenis ikan lainnya.
Hewan dengan ciri fisik mirip kerapu macan ini merupakan karnivor. Panjang usus dari fauna tersebut terhitung lebih pendek daripada panjang tubuh mereka.
Selain itu, ada indikasi jika spesies hewan ini adalah satwa malam (nokturnal). Asumsi ini ahli simpulkan berdasarkan hasil penelitian pada spesies L. chalumnae.
Cara reproduksi coelacanth sendiri tampak sangat unik dan juga menarik. Untuk berkembang biak, mereka tidak menetaskan telur di luar perut namun di dalam organ perutnya.
Perlu kita ketahui, jenis ikan purba yang satu ini tergolong sebagai satwa yang dilindugi oleh negara. Merujuk daftar merah IUCN, status konservasi mereka tergolong sangat rentan-kritis.
Taksonomi Ikan Raja Laut
Referensi:
Tri Rahmaeti, Universitas Nasional
Laman Kementerian Kelautan dan Perikanan
Anugerah Nontji, Kolom Oseanografi LIPI
Penulis: Yuhan Al Khairi