Ikan mujair atau common carp adalah satwa air tawar yang tersebar luas ke seluruh dunia. Spesiesnya merupakan ikan asli perairan Afrika, namun secara ajaib dapat ditemukan oleh Iwan Muluk alias Mbah Moedjair di muara Sungai Serang pada tahun 1939.
Mujair memiliki nama binomial Oreochromis mossambicus. Hewan ini pakar golongkan ke dalam famili Cichlidae, sehingga berkerabat dekat dengan ikan nila (Oreochromis niloticus).
Sama seperti saudaranya, common carp jamak publik kenal sebagai bahan pangan favorit. Mereka khalayak olah sebagai menu masakan karena mempunyai cita rasa yang nikmat.
Nutrisi yang terkandung dalam daging ikan mujair juga terhitung banyak. Meski demikian, hewan ini diduga bisa memicu masalah kesehatan jika kita konsumsi dalam jumlah besar.
Morfologi dan Ciri-Ciri Ikan Mujair
Sebelum membahas manfaat dan bahaya mengonsumsi mujair, penting untuk mengetahui ciri-ciri ikan tersebut. Mujair biasanya memiliki ukuran sedang dengan panjang rerata 40 cm.
Bentuk badan ikan tersebut pipih dengan warna kehitaman, abu-abu, kecokelatan, bahkan kekuningan. Sirip dorsal ikan mujair terdiri atas 15-17 duri tajam serta 10-13 jari-jari lunak.
Sirip dubur mereka umumnya terdiri atas tiga duri tajam dan 9-12 jari-jari lunak. Moncong ikan tersebut terletak di ujung tengah, dengan dua pasang sungut tetapi tidak memiliki gigi.
Gigi-gigi O. mossambicus justru terdapat pada bagian kerongkongannya. Fenomena ini ahli sebut sebagai pharyngeal teeth, bentuknya seperti gigi geraham dengan jumlah tiga baris.
Ekor hewan tersebut mirip seperti kipas berwarna jingga kemerahan. Sisiknya terlihat besar, transparan namun tidak beraturan, serta terdapat garis rusuk di sepanjang tubuh mereka.
Tampilan ikan mujair jantan dan betina sejatinya cukup mirip, namun ikan betina biasanya mempunyai tiga lubang pada urogenital-nya yakni dubur, lubang bertelur dan lubang urin.
Baca juga: Ikan Mola-Mola, Satwa Laut Terbesar yang Senang Berjemur
Habitat dan Distribusi Ikan Mujair
Walau sangat populer di Indonesia, nyatanya spesies O. mossambicus berasal dari perairan Afrika. Mereka menghuni area air tawar dan payau mulai dari Mozambik hingga ke Malawi.
Di Zambia dan Zimbabwe, hewan berordo Perciformes ini juga sering ahli temukan. Mereka bahkan terdistribusi sampai wilayah Sungai Bushman, Provinsi Eastern Cape, Afrika Selatan.
Tak banyak yang mengetahui bagaimana ikan mujair bisa masuk ke Indonesia. Tetapi berkat daya adaptasi yang tinggi, hewan ini mampu bertahan hidup di semua jenis perairan tawar.
Kawasan pesisir laut juga termasuk habitat common carp. Mereka ilmuwan kenal memiliki sifat yang invansif, sehingga dapat mengancam populasi spesies ikan lain di luar habitatnya.
GISD bahkan memasukkan common carp ke dalam daftar “100 Jenis Asing Invasif Terburuk di Dunia.” Karena itu, tempat budi daya mereka tidak boleh dicampur dengan ikan lainnya.
Terlepas dari semua itu, budi daya ikan mujair masih digandrungi oleh masyarakat. Mereka awam jadikan sebagai komoditi pangan, serta berguna sebagai pengendali hama perairan.
Kandungan dan Manfaat Ikan Mujair
Aroma daging ikan mujair memang tidak terlalu amis, harganya pun relatif lebih terjangkau. Di lihat dari kandungannya, ikan ini juga mengandung nutrisi berupa protein dan selenium.
Dalam satu ekor common carp tersedia sekitar 128 kalori. Bahkan, mengonsumsi daging ikan tersebut pakar sinyalir mampu memenuhi 78% kebutuhan selenium harian tubuh manusia.
Lantas, mengapa mengonsumsi ikan mujair disebut berbahaya? Dalam penelitian terbaru, spesies mujair ahli ketahui menyimpan kandungan asam lemak omega-3 serta omega-6.
Kedua zat ini sebenarnya kita butuhkan, namun dengan kadar yang seimbang. Dalam kasus common carp, kandungan asam lemak omega-6 lebih mendominasi dibandingkan omega-3.
Jika kita konsumsi berlebihan, daging ikan mujair dapat meningkatkan risiko peradangan dan serangan jantung. Kendati demikian, bukan berarti kita tidak boleh memakan ikan ini.
Sebaiknya, penuhi asupan asam lemak omega-3 dengan mengonsumsi menu pendamping. Beberapa bahan pangan yang mampu meningkatkan omega-3, yaitu almon dan chia seed.
Penemuan Ikan Mujair di Indonesia
Kisah penemukan ikan mujair di Indonesia memang terbilang ikonik. Sebab hewan berkelas Actinopterygii itu seakan berpindah habitat, dari perairan asin menjadi perairan tawar.
Pada mulanya, Iwan Muluk alias Mbah Moedjair, seorang pria yang lahir di Desa Kuningan, Kabupaten Blitar tahun 1890, menemukan sejumlah ikan unik yang menarik perhatiannya.
Terlihat, induk ikan tersebut menyembunyikan anak-anaknya di mulut ketika menghadapi bahaya. Karena tertarik, Mbah Moedjair membawa beberapa ekor ikan untuk ia pelihara.
Sayangnya, ikan-ikan itu akhirnya mati karena tidak mampu bertahan di air tawar. Dari situ, Mbah Moedjair melakukan riset dan membuat komposisi campuran air laut dan air tawar.
Pada percobaan ke-11, ia akhirnya berhasil membiakkan empat ekor ikan mujair di kolam air tawar. Kabar ini segera menyebar sampai menyita perhatian pemerintah kolonial Belanda.
Nama Mbah Moedjair lantas dikukuhkan sebagai nama dari ikan tersebut. Ia pun menerima penghargaan dari Eksekutip Committee Indo Pasifik Fisheries Council pada tahun 1954.
Baca juga: Ikan Gabus, Karnivor yang Mengandung Protein Potensial
Taksonomi Oreochromis Mossambicus
Penulis : Yuhan al Khairi