Sesilia adalah hewan yang sangat unik. Penampilannya terlihat seperti cacing besar atau ular, namun sebagian justru berasal dari ordo Gymnophiona. Populasi mereka terhitung sangat jarang, salah satu spesies yang paling terkenal adalah Ichthyophis hypocyaneus.
Ichthyophis hypocyaneus atau sesilia Sunda adalah salah satu spesies amfibi dalam keluarga Ichthyophiidae. Ia tergolong sebagai hewan endemik, tepatnya ditemukan di Pulau Jawa.
Pada mulanya, spesies sesilia Sunda sempat ilmuwan nyatakan punah. Namun ia ditemukan kembali di daerah Pekalongan, TN Gunung Gede Pangrango dan TN Gunung Halimun-Salak.
Dalam bahasa Jawa, sesilia Sunda dikenal sebagai ulo duwel. Mereka hidup di wilayah hutan yang masih sangat asri, khususnya di dalam tanah gembur, sekitar sungai, atau rawa-rawa.
Morfologi dan Ciri-Ciri Ichthyophis Hypocyaneus
Ichthyophis hypocyaneus tidak memiliki kaki, panjang tubuhnya mencapai 1,5 meter dengan ekor pendek. Kloakanya terletak di ujung badan, sehingga sangat mirip dengan spesies ular.
Kulit sesilia Sunda lembut, berlendir dan berwarna gelap, namun tidak mengilap. Di dalam kulitnya ada sisik dari kalsit, karena itu ia kerap dianggap berkerabat dengan Stegocephalia.
Jika kita perhatikan, kulit sesilia Sunda juga terlihat mempunyai sejumlah lipatan berbentuk cincin. Sebagian tampak menutupi tubuh, sehingga tekstur kulitnya terkesan beruas-ruas.
Tengkorak dan otot sesilia terbentuk sesuai habitat hidupnya. Sebagai hewan teristrial, ia memiliki tengkorak dan otot yang kuat untuk mendesak jalan masuk ke tanah atau lumpur.
Selain itu, mata Ichthyophis hypocyaneus yang kecil juga tertutupi oleh kulit. Penglihatannya memang sedikit terbatas, namun ini berguna untuk menghalangi masuknya tanah ke mata.
Habitat dan Persebaran Ichthyophis Hypocyaneus
Mayoritas spesies sesilia menyukai habitat yang basah atau lembap. Mereka biasanya dapat kita temukan di tepi sungai, kayu atau serasah, tepatnya di hutan primer serta perkebunan.
Secara umum, sesilia terdistribusi di wilayah tropis seperti Asia Tenggara, Afrika, Kepulauan Seychelles, dan Amerika Selatan. Ia juga bisa kita jumpai di Australia dan pulau di sekitarnya.
Di kawasan Indonesia, terdapat dua marga (genus) sesialia yang pernah ahli temukan yakni Caudacaecilia (Kalimantan dan Sumatra) dan Ichthyophis (Kalimantan, Sumatra dan Jawa).
Ichthyophis hypocyaneus sendiri berasal dari Pulau Jawa. Sedangkan spesies yang ilmuwan temukan di Pulau Kalimantan dan Sumatra merupakan spesies I. javanicus dan I. bernisi.
Melansir laman IUCN Red List, status konservasi sesilia Sunda berada di level ‘least concern’ atau risiko rendah. Tren populasinya makin menurun, ahli duga akibat aktivitas deforestasi.
Kebiasaan dan Pola Hidup Ichthyophis Hypocyaneus
Spesies sesilia Sunda tergolong sebagai hewan ovipar (bertelur). Telurnya menetas dalam kondisi sudah bermetamorfosis, walau ada pula jenis anakan yang masih berbentuk larva.
Larva sesilia tidak sepenuhnya hidup di air, namun menghabiskan waktu di tanah dekat air. Mereka dijaga oleh induk betinanya yakni mulai dari telur, menetas, hingga menjadi larva.
Makanan Ichthyophis hypocyaneus sendiri belum dapat ahli pastikan, namun mereka pakar duga mengonsumi jenis serangga serta kelompok invertebrata di sekitar tempat tinggalnya.
Perlu Anda ketahui, nama sesilia sejatinya berasal dari bahasa Latin caecus atau ‘buta.’ Ini merujuk pada ukuran mata yang kecil, sehingga sebagian orang menganggapnya buta total.
Asumsi “kebutaan” Ichthyophis hypocyaneus ini agaknya cukup keliru. Sebab menurut ahli, sesilia memiliki tentakel yang berguna sebagai indera penciuman serta penglihatan kedua.
Taksonomi Spesies Hewan Sesilia Sunda
Penulis : Yuhan al Khairi