“Gambir” bukan sekadar nama daerah ataupun nama salah satu stasiun di Jakarta. Gambir merupakan nama tanaman komoditas unggulan yang banyak ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, diantaranya Sumatera Barat dan Riau. Kedua wilayah ini merupakan daerah produksi gambir dan telah diekspor diantaranya ke India, Pakistan, Singapura, Thailand dan Malaysia.
Pada tahun 2014, ekspor gambir dalam bentuk mentah tercatat mencapai 14 ribu ton ke 10 negara di dunia dengan jumlah terbesar ke India mencapai 12 ribu ton. Indonesia bahkan memasok sekitar 90% kebutuhan pasar dunia.
Gambir (Uncaria gambir) termasuk dalam suku kopi-kopian. Tanaman ini tergolong tanaman perdu yang membelit dan memiliki batang keras. Ia tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 900 m dari permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh serta curah hujan yang merata sepanjang tahun.
Ciri morfologinya terletak dari batangnya yang tegak, percabangan simpodial dan batang berwarna coklat pucat. Daunnya merupakan daun tunggal, berhadapan, berbentuk elips, ujung meruncing, berwarna hijau.
Bunga tanaman ini termasuk bunga majemuk, berbentuk lonceng, bagian tongkol bunga bulat dan terdiri dari bunga kecil-kecil yang berwarna putih. Sedangkan buah gambir berbentuk bulat telur, dengan panjang lebih kurang 1,5 cm dan berwarna hitam.
Apabila gambir diekstrak, terdapat senyawa kimia yang bervariasi didalamnya, diantaranya katekin (7-33%), asam catechu tannat (20-55%), pyrokatechol (20-30%), gambir floresen (1-3%), katechu merah (3-5%), kuersetin (2-4%), fixed oil (1-2%), dan wax (1-2%).
Senyawa-senyawa tersebut mempunyai kegunaan yang beragam, baik secara tradisional maupun sebagai bahan baku dan bahan campuran untuk berbagai industri, seperti industri farmasi, kosmetik, penyamak kulit, minuman, dan cat. Gambir juga biasa dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna tekstil.
Dilansir pada laman http://sulbar.litbang.pertanian.go.id, sejak dahulu tanaman gambir telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Senyawa polifenol meliputi tanin, katenin, dan gambiriin yang terdapat dalam gambir bersifat sebagai antioksidan dan bermanfaat untuk mengobati penyakit atau menghalau radikal bebas yang terbentuk dalam tubuh. Sebagaimana diketahui, antioksidan dapat menurunkan risiko penyakit jantung, kanker, dan proses degeneratif penuaan.
Secara tradisional daun dan tangkai gambir yang masih muda jamak digunakan untuk mengobati luka, demam, diare, disentri, sakit kepala, sakit perut, obat kumur untuk mengobati sakit tenggorokan, dan infeksi oleh jamur dan bakteri. Gambir juga umum menjadi teman mengunyah sirih. Menyirih yang dicampur pinang, kapur dan getah gambir dipercaya bisa memperkuat gigi.
Untuk mengatasi berbagai jenis gangguan mulut, seperti sariawan, bibir kering dan luka gusi, orang zaman dahulu biasa mengunyah atau menempelkan tumbukan gambir pada bagian yang terluka. Begitu juga dalam proses penyembuhan luka bakar, daun gambir yang telah dihaluskan ditempelkan pada bagian luka. Efek dingin yang dihasilkan mampu membuat luka cepat sembuh dan meminimalisir bekas luka.
Penulis: Sarah R. Megumi