Elang Ular Bido atau Elang Bido adalah sejenis burung pemangsa yang berasal dari keluarga Accipitridae. Peta persebarannya di Asia terbilang cukup luas karena bisa kita jumpai mulai dari barat India, Nepal, Srilanka, Cina, Semenanjung Malaya, Filipina hingga Indonesia.
Elang bido awam kenal juga sebagai Crested Serpent Eagle (CSE). Mereka ahli golongkan dalam ordo Accipitriformes, sehingga berkerabat dengan Pandionidae dan Sagittariidae.
Secara klasifikasi ilmiah, elang bido mempunyai nama binomial Spilornis cheela. Burung ini memiliki setidaknya 21 subspesies, yang pakar identifikasi menyebar ke sejumlah wilayah.
Uniknya, jenis elang ular bido terkenal dengan suaranya yang berisik. Spesiesnya mampu mengeluarkan lengkingan panjang seperti “kiiiik,” yang diakhiri dengan penekanan nada.
Morfologi dan Ciri-Ciri Elang Ular Bido
Ukuran CSE mungkin tidak terlalu besar, mereka rata-rata berbiak hingga 50 cm saja. Namun secara fisik tampilannya sangat gagah, badannya tegap dengan paruh dan cakar yang tajam.
Elang ular bido dewasa dapat kita tandai dari warna bulunya yang hitam. Warna tersebut dihiasi dengan corak bergaris putih, yang terletak pada bagian ujung belakang sayap mereka.
Jika kita perhatikan sayapnya sendiri mirip seperi elang Jawa, yakni menekuk ke atas dan ke depan. Bagian ini terlihat seperti huruf ‘C’ dengan siku yang membusur pada saat terbang.
Mata dan paruhnya berwarna kuning tanpa bulu. Menurut sebagian ahli, kulit kaki elang ini kebal terhadap bisa ular. Berkat kemampuan itu pulalah mereka awam juluki “elang ular”.
Secara umum, ciri elang ular bido remaja cukup mirip dengan orang tuanya. Namun mereka memiliki warna lebih cokelat, serta terdapat lebih banyak corak putih pada bagian bulunya.
Iris mata dan kaki mereka terlihat berwarna kuning, sedangkan paruhnya berwarna cokelat keabu-abuan. Spesies ini mempunyai jambul pendek dengan warna hitam dan keputihan.
Jenis-Jenis dan Distribusi Elang Ular Bido
Anggota subspesies elang ular bido memang sangat banyak. Meski begitu, hanya ada 10 anak jenisnya yang dapat kita temukan menyebar di sejumlah daerah nusantara, yakni:
- S. c. pallidus di Kalimantan Utara
- S. c. richmondi di Kalimantan Selatan
- S. c. natunensis di Kepulauan Natuna dan Belitung
- S. c. malayensis di Kepulauan Anambas dan Sumatra Utara
- S. c. batu di Sumatra Selatan dan Kepulauan Batu
- S. c. abbotti di Pulau Simeulue
- S. c. asturinus di Pulau Nias
- S. c. sipora Kepulauan Mentawai
- S. c. bido di Pulau Jawa dan Bali
- S. c. baweanus di Pulau Bawean
Berdasarkan uraian di atas, bisa kita pastikan bahwa distribusi elang ular bido paling banyak pakar temukan di wilayah Pulau Sumatera, sekitar enam subspesies dari total 10 jenis elang.
Kendati demikian, tidak semua subspesies tersebut bersifat endemis. Beberapa di antaranya pernah pula ilmuwan temukan di wilayah lain, seperti S. c. malayensis di Semenanjung Kra.
Menurut IUCN Red List, status konservasi ular bido memang berada di level ‘Least Concern’. Namun mereka tergolong sebagai satwa dilindungi yang haram untuk diperjualbelikan.
Habitat dan Kebiasaan Elang Ular Bido
Spesies S. cheela merupakan penghuni wilayah kaki gunung dengan karakteristik vegetasi yang tebal. Mereka bisa kita jumpai di hutan dan perkebunan hingga setinggi 1.900 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Untuk mempertahankan hidup, hewan predator ini memangsa ular dan spesies reptil. Tetapi mereka juga sering memburu hewan-hewan kecil, seperti tikus, kelinci hingga katak.
Elang ular bido merupakan pemburu handal dengan kecepatan terbang yang tinggi. Mereka biasanya terbang mengelilingi mangsa, sebelum akhirnya menerjang dengan sangat cepat.
Burung ini umumnya hidup berpasang-pasangan. Keduanya membangun sarang bersama-sama, bekerja sama dalam menjaga telur, hingga membuat ritual unik sebelum kawin.
Ritual kawin elang bido mereka lakukan dengan cara terbang dan menukik tajam bersama-sama. Bulu mereka biasanya terangkat mulai dari area leher sampai ke bagian ekornya.
Selain itu, pasangan ini juga terbilang sangat komunikatif. Suaranya yang bising tidak hanya menandakan eksistensi mereka, namun berfungsi sebagai alat komunikasi antar individu.
Taksonomi Elang Spilornis Cheela
Penulis : Yuhan al Khairi