Hydnellum peckii terkenal sebagai jamur Devil’s Tooth, Bleeding Tooth, Strawberries and Cream, atau Bile Tooth. Jamur yang tidak dapat dikonsumsi ini berasal dari family Bankeraceae. Selain itu, jamur ini juga berkerabat dengan jamur Boletopsis perplexa, Hydnellum scrobiculatum, Phellodon melaleucus, Sarcodon scabrosus, dan lainnya.
Nama spesies Peckii digunakan untuk menghormati ahli mikologi Amerika yang telah mendeskripsikan hampir 3000 spesies jamur di Amerika Utara, Charles Horton Peck (1833-1917).
BACA JUGA: Amanita Phalloides Alias Death Cap, Jamur Beracun yang Mematikan
Di samping itu, jamur ini juga memiliki beberapa nama ilmiha sinonim, yakni Calodon diabolus (Banker) Snell, Calodon peckii (Banker) Snell & E.A.Dick, Hydnum diabolus (Banker) Sacc. & Trotter, Hydnum peckii (Banker) Sacc. & Trotter, Hydnellum diabolus Banker. Jamur ini pertamakali terdeskripsikan pada tahun 1912 dengan nama Hydnellum peckii oleh ahli mikologi Amerika, Howard James Banker.
Permukaan Devil’s Tooth Mengeluarkan Cairan Lengket Berwarna Merah
Tudung jamur ini berukuran 3 hingga 8 cm ketika mengembang dengan sempurna dan tingginya sekitar 3-10 cm. Berbentuk bulat atau lonjong dengan permukaan yang bergelombang. Awalnya berwarna putih atau merah muda pucat, kemudian seiring bertambahnya usia berubah menjadi kecokelatan dan akan menghitam sebelum membusuk.
Ketika masih muda, jamur ini terlihat mengeluarkan tetesan cairan berwarna merah yang lengket. Selain itu, saat muda, permukaan jamur ini tertutupi rambut-rambut lembut yang memberikan tekstur seperti beludru. Namun, rambut lembut ini akan rontok saat dewasa.
BACA JUGA: Jamur Shitake, Fungi Pohon Shii yang Berguna sebagai Obat
Terdapat duri-duri berukuran panjang 1-5 mm di permukaan bawah tudungnya. Duri tersebut berwarna merah muda dan berubah menjadi kuning saat spora matang. Bagian batangnya berbentuk silinder, namun terkadang meruncing ke arah pangkal. Sporanya berukuran 5-5,5 x 4-4,5µm dengan cetakan spora berwarna cokelat kusam.
Indikator Hutan yang Kaya Spesies
Jamur ini biasanya tumbuh di hutan pegunungan di wilayah Amerika Utara, Eropa, Iran, hingga Korea Selatan. H. peckii bersimbiosis dengan pohon-pohon konifer yang menjadi substrat tumbuhnya. American Association For The Advancement of Science melansir bahwa keberadaan jamur ini di hutan menjadi indikasi hutan tersebut memiliki spesies yang kaya. Biasanya, jamur ini tumbuh di akhir musim panas dan musim gugur.
Menjadi Pewarna Alami
H. peckii tidak beracun, tetapi bertekstur keras dan terasa pahit sehingga tidak bisa kamu makan. Meskipun begitu, jamur ini dapat kamu manfaatkan sebagai pewarna alami yang mengeluarkan warna krem. Selain itu, ekstrak jamur ini mengandung atromentin untuk anti-koagulan mencegah pembekuan darah dan bersifat anti-bakteri.
Penulis: Anisa Putri S
Editor: Indiana Malia