Devil’s Bolete atau Rubroboletus satanas memiliki sebutan lain jamur setan karena penampilan dan efek bercaunnya. Jamur yang berasal dari famili Boletaceae ini dideskripsikan oleh ahli mikologi Jerman, Harald Othmar Lenz di tahun 1831 dengan nama Boletus satanas.
Pada tahun 2015, ahli mikologi Spanyol, J. B. Blanco-Dios memberikan nama ilmiah Suillellus satanas pada jamur ini. Meskipun begitu, sebagian besar pihak berwenang menggunakan nama ilmiah Rubroboletus satanas untuk jamur devil’s bolete ini.
BACA JUGA: Rooting Bolete, Jamur Boletaceae yang Pahit dan Berbau Busuk
Nama genus Rubroboletus merujuk pada warna merah di batang dan pori-pori jamur ini. Sementara, satanas yang berarti ‘setan’ mengacu pada efek jahat (keracunan) dari konsumsi devil’s bolete. Kebanyakan orang yang pernah melihat jamur ini secara langsung di alam mengatakan ini adalah salah satu jamur liar yang paling indah dan menawan penampilannya.
Devil’s Bolete Tumbuh Terbatas di Area Berkapur
Tudung jamur ini memiliki diameter antara 6 hingga 30 cm yang berwarna putih berkapur serta terlihat seperti beludru. Seiring waktu, tudungnya berubah warna menjadi gelap dengan semburat warna zaitun atau sedikit kemerahan.
Ketika masih muda, tudungnya berbentuk bulat dan berkubah, kemudian terus mengalami perubahan saat masa pertumbuhannya hingga menjadi melengkung. Ketika dipotong, daging buangnya yang berwarna kuning ini secara perlahan berubah menjadi biru pucat dan kemudian berubah lagi menjadi putih pucat.
Bagian tabung dan pori-porinya berwarna kuning ketika masih muda, dan berubah menjadi oranye hingga merah ketika dewasa. Pori-pori yang terletak di tepi biasanya berwarna lebih pucat daripada yang terletak dekat batang.
BACA JUGA: Jamur Goblet, Bersifat Saprobik dan Berbatang Sangat Keras
Selain itu, jamur ini memiliki batang yang gemuk, dengan pola jaringan pada permukaanya yang berwarna kuning-oranye. Batang tersebut memiliki daging yang lunak dan kenyal. Jamur ini memiliki spora berwarna cokelat zaitun, berbentuk Subfusiform, dengan ukuran 9,5-15 x 4,5-7µm.
Jamur ini tumbuh di seluruh Eropa selatan dan tengah, dan terbatas pada area batuan kapur. Biasanya mereka tumbuh di bawah pohon ek dan pohon beech yang sudah tua.
Konsumsinya Menyebabkan Diare hingga Mual
Jamur ini beracun, terutama jika dikonsumsi secara mentah. Memiliki kandungan Muscarine (senyawa alkaloid bersifat toksik) dalam jumalh yang sangat sedikit. Para ahli menganggap konsentrasinya tidak cukup untuk menyebabkan keracunan. Namun, efek konsumsi pada sebagian orang menunjukkan adanya gejala keracunan seperti diare, sakit perut, dan mual.
Kasus keracunan jamur ini sebenarnya sangat jarang terjadi, karena spesimen yang matang akan berbau busuk sehingga kebanyakan orang pasti menghindarinya. Selain itu, beberapa negara Eropa melaporkan bahwa jamur ini kerap dikonsumsi. Meskipun begitu, perlu kehati-hatian saat mengidentifikasi dan mengolahnya jika benar-benar ingin mengonsumsinya.
Penulis: Anisa Putri S
Editor: Indiana Malia