Crinoid atau sering dikenal dengan nama lili laut, merupakan salah satu anggota fillum echinodermata yang memiliki bentuk menyerupai bunga lili atau pakis. Asal usul Crinoidae diambil dari bahasa Yunani, yaitu krinon yang artinya ‘lili’ dan eidos yang artinya adalah ‘bentuk’. Crinoid dapat ditemukan diseluruh perairan laut dunia, namun beberapa spesies ditemukan pada kedalaman 200 meter. Adapun jenis crinoid yang tidak bertangkai sering disebut dengan bintang bulu.
Sekilas hewan unik ini dapat mengecoh pandangan orang awam saat pertama kali melihatnya karena bentuknya yang mirip tanaman laut. Warna pada bagian tangan hewan ini beraneka ragam, seperti hijau, hitam, kuning, merah, bahkan kombinasi keduanya atau lebih warna.
Lili laut (Comaster sp.) hidup menempel pada dasar laut pada kedalaman lebih dari 100 meter, namun ada juga beberapa spesies yang hidup di perairan dangkal. Umumnya mereka sering dijumpai bertengger pada terumbu karang.
Lili laut juga dapat dijadikan indikator kesehatan suatu terumbu karang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yusri et al, lili laut memiliki kelimpahan maksimum di perairan yang masih baik, sedangkan pada perairan yang buruk lili laut tidak dapat bertahan hidup.
Beberapa dari lili laut termasuk hewan nokturnal. Mereka akan melipatkan diri dan membentuk sebuah bola lalu bersembunyi di celah-celah karang pada siang hari. Biasanya mereka akan menyatu dengan tempat persembunyiannya pada senja hari dan bertengger pada tempat yang mereka sukai, seperti di karang, spons yang besar, kipas laut (sea fan), dimanapun tempat yang dapat menjangkarkan dirinya dengan baik. Kemudian pada malam hari, mereka meluruskan tangannya yang berbulu dan keluar dari persembunyiannya untuk mencari makan.
Makanan lili laut adalah plankton dan partikel melayang. Berdasarkan tulisan Dr. Azis Aznam, dkk yang dipublikasikan pada Jurnal Oseana, lili laut pada umumnya mempunyai cara dan kebiasaan makan yang sama dengan teripang, bulu babi, bintang laut, dan bintang mengular yang termasuk dalam kelompok biota penyaring (filter feeders).
Lili laut umumnya melekat pada dasar perairan, disamping itu lili laut juga memiliki kulit yang tersusun dari zat kitin. Apabila dalam kondisi makanan habis ataupun keselamatannya terancam maka lili laut akan berpindah ke tempat lain yang lebih sesuai dan aman.
Lili laut mempunyai susunan tubuh bersimetri lima (pentraradial simetri) atau lebih karena memiliki lengan yang bercabang. Dalam tubunya terdapat sistem pencernaan, sistem respirasi dan sistem saraf. Anus dan mulut lili laut terletak pada permukaan oral, sementara untuk kaki tabungnya tidak mempunyai saluran penghisap, dan alur ambulakralnya terbuka. Tubuhnya dilindungi oleh lempeng kapur yang berbentuk perisai (osscles).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dian Rahma Safitri, seorang lulusan dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui hasil uji sampel lili laut di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, terungkap bahwa lili laut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri farmasi dan pangan fungsional karena memiliki senyawa antioksidan.
Penulis: Sarah R. Megumi