Di Indonesia, penggunaan bahan alami sebagai obat tradisional telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lalu. Dewasa ini tanaman obat juga semakin banyak dijual dan digunakan sebagai tanaman hias oleh para penjual. Salah satunya adalah pohon cermai yang banyak ditanam di halaman, ladang, hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.
Pohon yang berasal dari India ini dapat tumbuh di tanah ringan sampai berat dan tahan akan kondisi kekurangan maupun kelebihan air. Daun muda cermai dapat dimakan sebagai sayuran. Sedangkan buah mudanya bisa diolah bersama sayuran untuk menyedapkan masakan karena memberi rasa asam. Buah masak juga mampu dimakan langsung, misalnya, dengan meremasnya bersama air garam untuk mengurangi rasa sepat dan asam atau dibuat manisan atau selai.
Baca juga: Kangkung, Sayuran Hijau yang Dapat Bertahan di Segala Kondisi
Cermai memiliki beragam nama daerah, antara lain Jawa (Cerme), Makassar (Caramele), Wajo (Carameng), Aceh (Ceremoi), Madura (Careme), Ternate (Ceremin), dan Pinrang (Calamere) (Masnah, 2010).
Secara morfologi, tanaman berbuah asam ini mampu tumbuh hingga ketinggian 2 sampai 9 meter. Pohonnya terdiri dari cabang-cabang utama yang tebal dan keras. Sementara di ujungnya terdapat enam cabang yang kecil, berwarna kehijauan dengan panjang 15 sampai 30 sentimeter. Setiap tangkai memiliki rangkaian daun yang berbentuk bulat telur atau melonjong dengan tangkai pendek dan ujung runcing. Panjang daunnya sekitar 27,5 sentimeter dan berlapis tipis, berwarna hijau, dan memiliki permukaan halus di bagian atas hingga biru kehijauan di bawah.
Secara umum, pohon cermai sangat mirip dengan pohon belimbing. Bunganya bisa berjenis jantan, betina, atau hermaprodit dalam satu tandan. Bunga kecil berwarna merah muda dengan panjang 5 sampai 12,5 sentimeter yang terbentuk di bagian tanpa daun dari cabang utama atau di bagian atas pohon.
Buahnya banyak maupun menonjol dengan enam sampai delapan lekuk dan bergerombol. Buah berwarna kuning pucat atau putih, bertekstur lunak, renyah, dan berair serta sangat berasa asam. Bijinya berbentuk bulat, pipih, berwarna coklat, mengandung empat sampai enam biji dalam setiap buah (Saleh, 2013).
Baca juga: Takokak, Tanaman Perdu untuk Mengatasi Berbagai Penyakit
Seluruh bagian tanaman cermai dipercaya berkhasiat untuk pengobatan. Bagian daunnya diyakini dapat mengobati sakit pinggang, encok, urus-urus (obat pencahar), mual, perangsang keluarnya dahak (ekspektoran), campuran teh pelangsing. Sementara daun muda digunakan sebagai obat kanker, mengobati sariawan, dan menurunkan kadar gula darah (Desmiaty et al., 2008). Cara pengolahannya adalah dengan merebus lima gram daun cermai ditambah dua gelas air sampai menjadi separuhnya, kemudian didinginkan, disaring, dan diminum selagi hangat (Kemenkes, 2017).
Mengutip ccrc.farmasi.ugm.ac.id, di Thailand, akar tanaman cermai dimanfaatkan sebagai obat rehabilitasi atau pemulihan bagi seseorang yang kecanduan alkohol. Pengobatan ini sangat efektif, tetapi menimbulkan efek samping kronis yang cukup serius.
Penulis: Sarah R. Megumi