Cerek melayu (Charadrius peronii) atau Malaysian plover bertubuh kecil dengan panjang sekitar 15 sentimeter. Burung ini berparuh pendek, dengan warna bulu hitam, coklat, dan putih. Ciri fisik lainnya, cerek melayu memiliki iris mata berwarna coklat, paruh hitam, dan kaki berwarna abu-abu.
Musim kawin cerek melayu dimulai pada akhir Maret dan berakhir pada akhir September. Ketika burung betina menghasilkan telur, ia meletakkan telur-telurnya yang berjumlah 2-5 telur dalam sarang di pinggir pantai. Pasangan burung ini mengerami telur mereka secara bergantian selama 30 hari. Dan, setelah menetas, anak-anak burung ini tetap dijaga oleh burung dewasa selama 30 hari ke depan.
Cerek melayu hidup berpasangan di pantai berpasir. Unggas ini lebih menyukai pantai kecil dengan kolam koral murni. Tidak membentuk kelompok atau berbaur dengan burung perancah lain, dan biasanya agak jinak. Populasi burung ini tersebar di wilayah Thailand selatan, semenanjung Malaysia, Vietnam selatan, Filipina, sampai ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Timur.
Perbedaannya dengan cerek pasir mongolia atau cerek pasir besar , ukuran cerek melayu jauh lebih kecil dengan pola kerah sempit berwarna hitam pada jantan atau berwarna merah pada betina. Dan bila dibedakan dengan cerek tilil, kerah pada punggung cerek melayu seluruhnya putih, bercak telinga terpisah dan tidak tersambung sampai ke mata.
Status IUCN RedList dari spesies ini adalah Near Threatened atau mendekati terancam punah. Tidak ada data pasti mengenai penyebab berkurangnya populasi cerek melayu. Namun, erosi pantai, pembangunan di daerah pesisir, dan gangguan manusia mempersulit burung cerek melayu mencari makan dan bersembunyi. Kondisi tersebut juga membuat kualitas telur cerek melayu menurun.
Photographer : Ady Kristanto
Kamera : Nikon Coolpix P510
Lokasi : Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur