Aceh yang dikenal dengan julukan ‘Tanah Rencong’ tidak hanya terkenal melahirkan tokoh pejuang atau pahlawan Tanah Air saja, namun Aceh juga menyimpan keindahan alam berupa flora yang beraneka ragam, salah satunya adalah Cempaka Kuning.
Cempaka Kuning (Michelia Champaka L.) atau di Aceh dikenal dengan sebutan Jeumpa Kuneng, merupakan bunga yang sarat akan nilai budaya dan tradisi khususnya bagi masyarakat Aceh. Hal ini ditandai dengan pemanfaatan cempaka kuning dalam berbagai acara adat. Selain itu keharuman, keindahan dan warna bunga ini telah mengilhami pujangga Aceh untuk menciptakan syair yang terkenal dengan lagu ‘Bungong Jeumpa’.
Tidak salah jika bunga ini menjadi ikon dari daerah yang juga dijuluki sebagai ‘Bumi Serambi Mekah’. Hal ini sudah tercantum dalam SK Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 1989 tentang Pedoman Penetapan Identitas Flora dan Fauna Daerah yang menyatakan bahwa Michelia Champaka menjadi flora identitas dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Secara morfologi cempaka kuning merupakan pohon atau perdu yang mempunyai tinggi antara 3 – 6 meter. Mempunyai aroma wangi yang khas dan warna bunga yang beragam antara lain oranye, kuning atau putih krem, sesuai dengan lirik lagu Bungong Jeumpa. Dari segi ukuran, bunga cempaka kuning memiliki ukuran agak besar, helaian bunganya tersusun dalam untaian yang banyak. Buahnya sendiri berwarna coklat dan terdiri atas 2-6 biji.
Cempaka kuning merupakan satu dari sekitar 50 spesies anggota genus Michelia yang persebaran floranya mulai dari India, Indo Cina, Indo Cina, Semenanjung Malaya, Sumatra, Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil. Bunga cempaka kuning dapat ditemukan dipinggir hutan dengan kondisi tanah yang subur pada ketinggian hingga 1500 mdpl. Status cempaka kuning dalam Daftar Merah IUCN dikategorikan sebagai ‘least concern’ atau tidak termasuk dalam kategori flora yang langka karena masih banyak ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia.
Di sisi lain, cempaka kuning memiliki potensi sebagai tanaman herbal. Berdasarkan penelitian Zumaidar (2009) pada jurnal Floratek, dijelaskan bahwa bunga cempaka kuning digunakan oleh masyarakat Aceh sebagai bahan herbal untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti rematik, asam urat, masuk angin, keputihan, malaria dan masih banyak lagi.
Flora ini juga bermanfaat bagi perawatan tubuh kaum hawa. Umumnya cempaka kuning digunakan sebagai bahan luluran, penghilang bau badan, pelangsing perut serta minyak wangi/parfum. Hampir sebagian besar bagian cempaka kuning diramu secara tradisional dengan jenis tumbuhan lainnya sebelum digunakan sebagai obat.
Dari 21 jenis khasiat tumbuhan cempaka kuning, 11 jenis diantaranya menggunakan bunga. Hasil pengujian fitokimia terhadap bunga cempaka kuning menunjukkan bahwa terdapat kandungan senyawa metabolit sekunder terpenoid (Murniana et al., 2003 dalam Zumaidar, 2009). Menurut Harbone (1987) dalam Zumaidar (2009), minyak atsiri yang terdapat pada bunga cempaka kuning mengandung senyawa terpenoid dan fenol yang menimbulkan bau harum yang khas. Kemudian organ tanaman yang paling banyak digunakan setelah bunga adalah daunnya. Organ daun cempaka kuning mengandung bahan aktif saponin dan beberapa turunannya yang dapat menghambat pertumbuhan jamur.
Penulis: Sarah R. Megumi