Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat terkenal sebagai destinasi wisata dengan lanskap alam pantai hingga gunung. Lombok juga memiliki jenis burung endemik, salah satunya burung hantu Celepuk Rinjani (Otus jolandae).
Sampai saat ini burung hantu dari genus Otus mewakili 51 spesies yang diakui. Celepuk Rinjani ditemukan oleh George Sangster. Ia melakukan analisis komparasi morfologi burung hantu dengan spesimen di Indonesia yang sudah teridentifikasi.
Baca juga: Myzomela irianawidodoae Burung Penyerbuk dari Pulau Rote
Penemuannya dituliskan dalam jurnal ilmiah berjudul “A New Owl Species of The Genus Otus (Aves: Strigidae) from Lombok, Indonesia” tahun 2013. Sangster membandingkan rekaman suara burung hantu yang berasal dari Jawa, Sulawesi, kepulauan Maluku, dan kepulaun Sunda. Ia berasumsi, burung hantu tersebut kemungkinan memiliki kekerabatan karena wilayah kepulauan yang berdekatan.
Celepuk Rinjani mendiami habitat hutan di sekitar kaki gunung Rinjani. Tepatnya pada ketinggian sekitar 25 hingga 1.350 meter di atas permukaan laut (mdpl) di area seluas 413 km2 (Sangster et al, 2013). Namun, burung ini juga terlihat di wilayah hutan-hutan sekunder yang mengalami degradasi di sekitar wilayah Senggigi, Sapit, dan Sesaot.
Dalam jurnal tersebut tertulis bahwa Otus jolandae memiliki kemiripan dengan Otus albiventris yang merupakan burung endemik di sekitar Pulau Sumbawa dan kepulaun Nusa Tenggara Timur. Namun, terdapat beberapa perbedaan pada bagian atas tubuh. Pada Otus jolandae tampak jelas motif garis-garis kecokelatan yang lebih tipis dengan mahkota lebih gelap. Sedangkan Otus albiventris berwarna abu dingin dan bulu pada bagian perutnya tampak lebih gelap dengan bercak kecokelatan.
Secara ekologi, burung hantu memiliki peran penting dalam rantai makanan sebagai predator. Mereka menempati taraf tropik III atau organisme dari golongan karnivora (konsumen sekunder). Celepuk Rinjani juga menjadi burung pemburu yang mengamati mangsa pada tempat lebih tinggi
Baca juga: Burung Weris, Burung Cantik Khas Minahasa
Berdasarkan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) 2016, Celepuk Rinjani termasuk kategori Near Threatened. Meski jenis tersebut baru ditemukan beberapa tahun lalu, mereka sudah masuk ke dalam status hampir terancam. Salah satu faktor ancaman utama berasal dari degradasi hutan yang berimbas ke populasinya.
Kerusakan habitat dapat menurunkan keanekaragamn jenis burung bahkan menyebabkan kepunahan. Celepuk Rinjani yang ditemukan di Taman Wisata Alam Kerandangan, Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat berada di hutan primer dan sekunder yang berbatasan dengan daerah terbuka seperti, kebun kelapa, padang rumput, dan pepohonan.
Penulis: Sarah R. Megumi