Sobat Greeners, sewaktu kecil pernahkah Anda berusaha menggunakan capung untuk membantu adik Anda berhenti mengompol? Kali ini, Greeners akan mengaji lebih dalam tentang serangga ramping ini. Yuk, kita simak!
Indah seperti si cantik kupu-kupu, capung memiliki peran yang sangat penting dalam keseimbangan ekosistem. Sejumlah kajian ilmiah menyebutkan fauna ini merupakan serangga unik dengan penyebaran luas, mulai dari hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau. Berdasarkan Jurnal Biologi Universitas Andalas (2013), sekitar 5000 spesies tersebar di seluruh dunia dan sekitar 700 spesies terdapat di Indonesia.
Beberapa jenis capung, memiliki kemampuan terbang yang baik dan memiliki daya jelajah wilayah yang luas. Sejumlah jenis lainnya merupakan penerbang yang lemah dan daya jelajahnya sempit (Jurnal Bioma, 2015). Jurnal yang sama menjelaskan serangga ini termasuk kedalam ordo Odonata. Odonata adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai besar dan seringkali berwarna menarik.
Morfologi dan Ciri-Ciri Capung
Secara morfologi capung mempunyai rahang yang bergigi. Di bagian labium (bibir bawah) terdapat tonjolan-tonjolan tajam menyerupai gigi (spina).
Capung juga memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap, dan memiliki pembuluh darah jala. Selain itu mereka juga memiliki antena pendek yang berbentuk rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata majemuk yang besar, abdomen panjang dan langsing.
Habitat capung ada dua yaitu akuatik dan non akuatik. Habitatnya sangat luas, termasuk habitat sawah.
Fungsi Capung bagi Ekosistem
Capung mempunyai peranan penting pada ekosistem persawahan karena merupakan serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa. Mereka memangsa berbagai spesies serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi.
Berdasarkan Jurnal Simbiosis (2019) yang diakses pada portal ojs.unud.ac.id, fauna ini berperan sebagai predator berbagai Arthropoda di pertanian, terutama bagi ordo Lepidoptera, Hymenoptera, Hemiptera, Orthoptera, dan Diptera. Capung juga menjadi mangsa bagi Arthropoda, misalnya Araneida.
Satwa ini berperan sebagai serangga predator baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa. Ia memiliki peranan penting bagi manusia yaitu sebagai indikator untuk memantau kualitas air di sekitar lingkungan hidup.
Nimfa capung tidak akan hidup pada air yang tercemar atau yang tidak bervegetasi. Perubahan kualitas perairan sangat berpengaruh pada jumlah nimfanya. Oleh karena itu, fauna in dapat menjadi indikator baik dan buruknya sebuah kawasan perairan.
Pemangsaan nimfanya terhadap jentik-jentik nyamuk di suatu habitat perairan dapat mengendalikan populasi nyamuk. Sebaliknya nimfa ini juga merupakan sumber makanan biota air lainnya seperti kumbang atau kepik air, katak dan ikan.
Nimfa fauna ini memangsa serangga-serangga kecil lain yang hidup di dalam air. Ia dapat menampung polutan bersifat racun yang berasal dari mangsanya.
Baca juga: Paus Sperma, Si Kepala Kotak Bergigi Besar yang Semakin Rentan
Kawasan Persebaran
Adapun terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan dan penyebaran spesies-spesies fauna ini.
Beberapa faktor yang membatasi keberadaan serta penyebaran mereka dalam suatu habitat adalah tipe habitatnya, ketersediaan pakan, serta interaksi yang berkaitan dengan siklus hidupnya.
Semua faktor tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Di samping itu, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kecepatan angin juga berpengaruh terhadap keberadaan capung.
Pada kondisi perairan sudah tercemar, siklus hidup capung terganggu dan mengakibatkan jumlah populasi menurun. Kelestarian serangga ini perlu kita pelihara dengan menjaga keberadaan tempat hidupnya yang sebagian besar berupa perairan.
Penulis: Sarah R. Megumi