Burung shoebill memang sangat unik. Selain hidup sejak zaman prasejarah, burung besar ini awam nilai memiliki rupa yang menyeramkan. Paruhnya yang besar juga tampak seperti sepatu, sehingga spesies ini kerap dijuluki sebagai shoe-billed stork.
Meskipun sering diasosiasikan dengan kelompok bangau, shoebill nyatanya lebih berkerabat dengan pelikan. Mereka tergabung dalam ordo Pelecaniformes dan famili Balaenicipitidae.
Secara klasifikasi, shoebill mempunyai nama ilmiah Balaeniceps rex. Spesiesnya pertama kali dideskripsikan oleh ilmuwan dan ahli burung asal Inggris, John Gould, pada tahun 1850.
Melansir berbagai sumber, burung shoebill bisa berkembang biak hingga seukuran manusia remaja. Warna bulunya kecokelatan saat muda, namun berubah jadi abu-abu saat dewasa.
Morfologi dan Ciri-Ciri Burung Shoebill
Tinggi shoebill dapat mencapai 110-140 cm, dengan panjang berkisar 100-140 cm dari ekor ke paruh. Bentang sayapnya sekitar 230-260 cm, sedangkan bobot tubuh mencapai 4-7 kg.
Sang betina berbiak hingga 4,9 kg, sedangkan pejantan rata-rata 5,6 kg. Spesies ini memiliki paruh berwarna kecokelatan dengan bercak hitam, panjangnya bahkan mencapai 24 cm.
Tidak cuma panjang, lebar paruh burung shoebill mencapai 20 cm. Ukurannya lebih besar dibanding burung pada umumnya, terkenal sangat kuat serta memiliki ujung yang tajam.
Sebagai spesies pelikan, burung shoebill lahir dengan ukuran kaki jenjang dan cukup kokoh. Kaki kurusnya itu mempunyai jari tengah yang cukup besar, yakni mencapai 16,8-18,5 cm.
Di sejumlah daerah, shoebill dikenal juga sebagai whalehead atau whale-headed stork. Ini merujuk pada kata balaena (genus Balaeniceps), yang berarti “puas” dalam bahasa Latin.
Habitat dan Distribusi Burung Shoebill
Spesies B. rex terkonsentrasi di wilayah Afrika, mulai dari Sudan, Zambia, Rwanda, sampai Uganda. Mereka suka mendiami wilayah lembap dan basah, seperti sungai dan rawa-rawa.
Sebagai burung penetap, shoebill menempati suatu area dalam waktu yang lama. Mereka pindah jika pasokan makanannya habis, atau wilayah tersebut telah disambangi manusia.
Dari sini kita dapat menyimpulkan, bahwa burung shoebill tergolong sebagai satwa pemalu. Ia bahkan hidup secara soliter, yang terkadang bisa kita jumpai di sekitar padang papyrus.
Di alam liar, whalehead memangsa berbagai jenis ikan seperti lungfish, tilapia dan bichir. Mereka juga gemar memakan reptil kecil seperti ular air, kodok, kadal, hingga anak buaya.
Karena hidup di area yang sama, burung shoebill kerap kali harus “berebut” wilayah dengan spesies buaya. Ia tergolong pemberani, bahkan tak segan-segan menyerang reptil tersebut.
Kebiasaan dan Pola Hidup Burung Shoebill
Kebiasaan soliter burung whalehead telah terlihat sejak dini. Ia bahkan enggan bersaudara, sampai-sampai dapat membunuh kerabatnya agar bisa menguasai seluruh stok makanan.
Selain itu, perkawinan burung shoebill hanya terjadi sekali dalam setahun. Sang induk akan berpisah selepas perkawinan berakhir, kemudian melanjutkan hidupnya masing-masing.
Dalam sekali perkawinan, induk betina sejatinya mampu menghasilkan tiga telur. Tapi tidak semua anak bisa jadi dewasa, sebab sang induk pun kerap membunuh anakan yang lemah.
Sifat kejam burung shoebill sedikit banyak memengaruhi populasinya. Menurut IUCN Red List, saat ini status konservasi burung tersebut berada pada level vulnerable atau rentan.
Di luar sifat alaminya, B. rex juga kerap diburu oleh warga lokal karena dianggap pembawa sial. Mereka bahkan dibunuh untuk diambil paruhnya, yang pakar sinyalir bernilai tinggi.
Taksonomi Spesies Balaeniceps Rex
Penulis : Yuhan al Khairi