Burung Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang. Ukuran tubuhnya relatif kecil dengan kaki yang pendek. Burung yang bersarang di permukaan tanah ini adalah pemakan biji-bijian, serangga, dan hewan berukuran kecil lain. Mereka mempunyai kemampuan berlari dan terbang dengan kecepatan tinggi, tetapi dalam jarak tempuh yang pendek.
Menurut tujuan pemeliharaannya, burung bercorak ini dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu burung puyuh penghasil telur, pedaging, dan burung hias. Jenis Tegalan Loreng atau Turnix succiator terlihat sangat berbeda dari puyuh lain. Hal ini terlihat jelas dari jumlah jari kaki mereka. Burung puyuh turnix memiliki tiga jumlah kaki yang mengarah ke depan dan tanpa adanya kaki belakang atau kaki hallux (Baker, 1928).
Baca juga: Burung Jalak Suren, Burung Pandai Bersuara Indah
Spesies Tegalan Loreng tersebar di India, Cina, Jepang, dan Asia tenggara. Sementara di Indonesia, terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Karakteristik burung ini berukuran kecil dengan panjang 16 sentimeter. Tiap ekor menghasilkan telur sebanyak 3 sampai 4 butir.
Burung pejantan memiliki mahkota berbecak cokelat. Pada betina, ukuran tubuh nya lebih besar dengan dagu dan kerongkongan berwarna hitam. Burung puyuh tegalan loreng identik mengeluarkan suara “krrrr” (Gmelin, 1789).
Selain gemar berpoliandri, puyuh betina merupakan burung yang senang bertarung dan menyerahkan proses pengeraman telur pada burung jantan. Sayap betina burung puyuh Tegalan Loreng memiliki panjang 72-85 milimeter dan 77-90 milimeter pada jantan. Tarsus betina berukuran 22-23 milimeter dan pada jantan sekitar 22-25 milimeter.
Baca juga: Kasturi Ternate, Burung Endemis di Maluku Utara
Sementara ekor betina sepanjang 35-37 milimeter dan 33-41 milimeter pada jantan. Burung puyuh tidak memiliki ekor yang panjang seperti burung pada umumnya sehingga mempengaruhi kemampuan terbangnya. (Ras T. s taigoor, Ali & Ripley, 1969).
Burung liar ini untuk pertama kalinya berhasil diternakkan di Amerika Serikat atau pada kisaran 1870. Pengembangbiakannya terus dilakukan dan menyebar sebagai unggas peternakan ke penjuru dunia. Sedangkan di wilayah Indonesia, burung puyuh baru mulai dikenal dan dijadikan unggas peternakan semenjak penghujung 1979. Seiring perjalanannya, burung puyuh telah menjadi unggas peternakan yang mudah dijumpai di seluruh Indonesia sampai sekarang.
Penulis: Sarah R. Megumi