Selain keunikannnya, masyarakat mengagumi burung hantu karena memiliki segudang manfaat. Bahkan bagi industri pertanian, hewan yang satu ini ampuh sebagai pengontrol hama.
Burung hantu atau owl adalah kelompok unggas yang tergabung dalam ordo Strigiformes. Hewan yang satu ini merupakan satwa buas pemakan daging, serta aktif di malam hari atau nocturnal.
Meski di habitatnya ia hidup secara liar, namun saat ini banyak sekali masyarakat yang berminat untuk memelihara burung hantu. Alasannya pun beragam mulai dari hobi, keunikan dan pemanfaatan.
Salah satu daya tarik paling menonjol dari burung ini adalah lehernya yang dapat berputar hingga 180 derajat. Terdiri dari banyak jenis, hewan tersebut dapat kita temukan di hampir seluruh negara.
Habitat dan Persebaran ‘Elang Malam’
Persebaran burung hantu di dunia memang sangat luas, bahkan daya tahan burung ini tergolong cukup kuat karena mampu bertahan hidup di berbagai lingkungan, kecuali gurun dan wilayah kutub.
Kendati demikian, jika ingin melihat satwa tersebut di habitat aslinya maka ia banyak hidup di kawasan berketinggian 1.500 sampai dengan 2.000 m di atas permukaan laut.
Tidak cuma itu, fauna yang juga terkenal sebagai ‘Elang Malam’ ini menyenangi daerah tepian sungai, pekarangan, kebun, padang rumput, sawah hingga area pinggiran hutan yang tidak terlalu lebat.
Melansir berbagai sumber, peta persebaran burung hantu tersebar mulai dari Amerika Utara (kecuali Kanada), Amerika Selatan, Amerika Tengah, serta sebagian besar wilayah Eropa.
Di kawasan sub-sahara seperti Afrika juga terdapat beberapa owl species. Hewan ini bahkan dapat kita temukan di sekitar kawasan India, Timur Tengah, Asia Tenggara sampai negara Timor Leste.
Sifat, Karakteristik dan Ciri Burung Hantu
Sebagain besar burung hantu memang berburu di malam hari, namun sebagain lainnya aktif ketika hari mulai remang –seperti subuh dan sore– dan ada pula yang berburu saat siang hari.
Banyaknya ragam spesies burung tersebut membuat identifikasi sifat dan cirinya cukup sulit, namun ada beberapa kesamaan yang ditemukan dari mayoritas owl species di dunia, yakni:
- Memiliki bagian paruh yang kuat dan juga tajam;
- Bagian kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat;
- Terbang tanpa mengeluarkan suara atau tidak berisik;
- Bertelur antara satu hingga empat butir tergantung jenis;
- Mayoritas memiliki bulu berwarna putih atau putih bercak; dan
- Matanya menghadap ke depan sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat.
Sarang dan Makanan Burung Hantu
Berbeda dengan burung lainnya, spesies burung hantu biasanya tidak membangun sarangnya sendiri. Ia cenderung memanfaatkan celah atau lubang kosong yang ada di dalam pohon atau bangunan.
Oleh sebab itu, jangan heran jika burung tersebut sering ditemukan di area loteng rumah yang kosong. Lalu, fauna berbulu tebal ini juga sering dijumpai bersarang di antara pelepah daun bangsa palem.
Untuk makanannya, elang malam mengonsumsi serangga, kodok, tikus, dan sebagainya. Berkat indera pendengaran yang tajam, mereka bisa memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total.
Jenis-Jenis Burung Hantu di Indonesia
Seperti yang telah saya sebutkan, ada banyak sekali spesies burung hantu hidup berbagai negara. Namun, bisakah Anda menebak berapa jumlah total dari spesies tersebut? Jawabannya adalah 240 spesies.
Saking banyaknya, ada 54 owl species teridentifikasi sebagai satwa endemik Indonesia. Meski begitu, hanya ada enam spesies yang paling populer di kalangan masyarakat, yaitu:
1. Tyto alba
Tyto Alba mungkin jadi salah satu jenis burung hantu yang paling tersohor di tanah air. Hewan yang satu ini dikenal juga dengan nama Barn Owl, Tito atau Serak Jawa di sebagian wilayah Nusantara.
Ciri dari fauna ini terlihat dari ukuran tubuhnya yang besar, berwarna kuning kecokelatan dengan bercak halus di bagian atas, serta memiliki bentuk wajah yang menyerupai hati.
Serak Jawa terkenal sangat ramah dengan manusia. Ia juga cukup pintar sehingga mudah untuk dilatih. Berkat bakatnya tersebut, hewan inilah yang kerap petani gunakan sebagai pengusir hama sawah.
2. Strix leptogramica
Brown Wood Owl atau Strix Leptogrammica adalah jenis elang malam yang sangat unik. Jika terganggu saat siang hari, ia akan menggugurkan bulu-bulunya hingga tampak seperti sepotong kayu mati.
Satwa yang dapat tumbuh hingga 45-47 cm ini memakan burung lainnya, mamalia, dan reptil kecil untuk bertahan hidup. Sarangnya terdapat di lubang pohon yang berisi tumpukan kasar dari sampah.
3. Bubo sumantranus
Jenis burung hantu berikut ini memang terlihat anggun dan cantik. Hewan yang terkenal juga sebagai Beluk Jampuk dan Hingkik tersebut banyak hidup di sekitar wilayah Pulau Sumatra.
Ciri dari beluk jampuk sendiri umumnya berukuran 40-46 cm, dapat hidup di dataran rendah hingga ketinggian 1000 m di atas permukaan laut, serta gemar bermain di area kolam ataupun sungai.
4. Buffy Fish Owl
Berbeda dengan jenis lainnya, Buffy Fish Owl atau Beluk Ketupa lebih memilih ikan-ikanan sebagai panganan. Itu sebabnya, ia banyak bermukim di sekitar perairan dan sumber air.
Ukuran hewan ini mencapai 40-48 cm, dengan berat 1-2 kg dan ekor 160-181 mm. Bila merentangkan sayapnya, fauna tersebut terlihat sangat gagah karena mencakup panjang 295-390 mm.
5. Strix seloputo
Burung yang dikenal juga sebagai Spotted Wood Owl ini memiliki nama latin Strix seloputo. Ukurannya cukup besar, serta mampu berkembang biak hingga ketinggian 47 cm.
Burung hantu ini sering berada di hutan dataran rendah dan rumpun hutan di dekat pemukiman warga. Jenis pakan unggas yang satu ini berupa mamalia kecil, anakan burung, serta serangga.
6. Celepuk Rajah
Dapat tumbuh hingga ketinggian 23 cm, spesies owl terakhir ini memiliki nama latin Otus brookei. Tubuhnya kecil dan banyak hidup di daerah pegunungan Sumatra, Kalimantan, serta Jawa Timur.
Hewan pemakan serangga ini memang tak sepopuler owl species lainnya. Namun dengan rupanya yang unik – yakni memiliki mata bulat berwarna kuning, ia cukup diminati oleh para pecinta unggas.
Menurut data International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, burung hantu memang bukan termasuk hewan langka (karena termasuk kategori least concern) atau terancam punah.
Meski begitu, pemanfaatan satwa ini untuk berbagai kebutuhan harus memperhatikan kelestariannya. Jangan sampai mengeksploitasi secara berlebih hingga mengganggu habitatnya di alam liar, ya!
Referensi:
Aprilia Dwiki Harsanti, Universitas Negeri Semarang
Buletin Diseminora Vol. 13 Tahun 2017
Retno Astuti, dkk., Universitas Medan Area
Penulis: Yuhan Al Khairi
Editor: Ixora Devi