Sebagai Ibu Kota negara, tidak banyak yang mengetahui bahwa Jakarta menjadikan burung elang bondol sebagai maskot wilayah. Ini merupakan spesies elang yang sangat umum ditemui, sebab menyebar di berbagai daerah di Indonesia.
Brahminy kite atau burung elang bondol memiliki nama ilmiah Haliastur indus. Hewan ini tergolong sebagai burung pemangsa, yang berasal dari keluarga Accipitridae dan ordo Accipitriformes.
Seperti namanya, brahminy kite pakar gabungkan ke dalam genus Haliastur. Kelompoknya berkerabat dengan elang siul (H. sphenurus), bahkan memiliki morfologi yang cukup mirip.
Tubuh elang Haliastur biasanya berukuran sedang, yakni mulai dari 44-60 cm. Kepala elang ini juga tampak kecil, serta mempunyai warna cokelat kegelapan di bagian atas tubuhnya.
Morfologi dan Ciri-Ciri Burung Elang Bondol
Burung Elong bondol sendiri berbiak mulai dari 43-51 cm. Mereka memiliki sayap lebar dengan ekor pendek dan membulat ketika membentang. Kepala, leher dan dadanya berwarna putih.
Bulu-bulu lainnya berwarna merah bata pucat, dengan bagian ujung bulu primer berwarna hitam. Anakan didominasi oleh warna cokelat gelap, dengan corak garis berwarna putih.
Tungkai H. indus berwarna kuning, paruhnya melengkung tajam dengan warna keabuan. Ia berkembang biak sepanjang bulan Januari sampai Agustus, serta di bulan Mei sampai Juli.
Waktu pengeraman telur berlangsung selama 28-35 hari, sedangkan sang anak mulai belajar terbang dan meninggalkan sarang umur 40-56 hari. Usia dewasa dicapai 2 bulan setelahnya.
Secara sifat, burung elang bondol sejatinya lebih mirip dengan burung bangkai. Mereka memakan hewan-hewan kecil seperti ikan, kepiting, kerang, katak, pengerat, reptil, bahkan serangga.
Pola Hidup dan Kebiasaan Burung Elang Bondol
Burung brahminy kite mencari makan di atas daratan maupun permukaan air. Ia mengintai mangsanya dengan terbang melayang di ketinggian 20-50 meter di atas permukaan tanah.
Meski memburu hewan air, burung elang bondol tidak memiliki kemampuan berenang. Ia biasanya memanfaatkan cakarnya yang runcing untuk mengait, lalu membawanya terbang ke udara.
Tidak cuma itu, spesies elang ini pakar ketahui memakan bangkai dan sisa-sisa makanan. Ia cukup mudah kita temukan di sekitar pelabuhan maupun pesisir tempat pengolahan ikan.
Walau suka memakan bangkai, H. indus bukan pemangsa yang pasif. Burung ini mendirus burung-burung di area pantai sambil terbang untuk mengidentifikasi kelemahan mangsa.
Bahkan dalam beberapa kasus, burung elang bondol ahli sinyalir mampu menyerang mangsa yang lebih besar. Ini mereka lakukan untuk mencuri makanan, misalnya dari spesies elang lain.
Habitat dan Distribusi Burung Elang Bondol
Area tepi laut seperti hutan mangrove, muara sungai, hingga pesisir pantai adalah habitat burung ini. Namun, mereka juga kerap ditemukan di lahan basah seperti sawah dan rawa.
Melansir berbagai sumber, burung elang bondol terdistribusi mulai dari India, China, Asia Tenggara, sampai Australia. Di Indonesia, ia dapat kita jumpai di Jawa, Bali, Sumatra, hingga Papua.
Di Kalimantan sendiri, spesies H. indus melimpah di daerah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Keberadaannya dilindungi karena dianggap berjasa bagi kelestarian ekosistem setempat.
Burung elang bondol memang cukup erat dengan beberapa kebudayaan dunia. Di India, hewan ini warga anggap suci karena representasi kontemporer Garuda, burung suci Dewa Wisnu.
Sedang di Pulau Bougainville, brahminy kite dikisahkan sebagai burung jelmaan dari bayi yang ditinggalkan oleh ibunya. Ia lalu melayang ke langit dan berubah menjadi burung.
Taksonomi Spesies Haliastur Indus
Penulis : Yuhan al Khairi