Penampilan bunglon surai terpotong memang sangat unik. Tidak cuma memiliki corak tubuh yang beragam, permukaan surai atau rambutnya juga tidak merata. Seakan-akan ada pembatas antara rambut kepala dan punggungnya, sehingga tampak seperti “terpotong.”
Bunglon surai terpotong mempunyai nama ilmiah Gonocephalus grandis. Satwa ini tergabung dalam keluarga Agamidae, sehingga masih berkerabat dengan cecak terbang atau Draco.
Uniknya, sebagian spesies Agamidae dijuluki sebagai naga atau kadal naga. Ini merujuk pada morfologi mereka, yang umumnya mempunyai tubuh dan ekor panjang serta dilengkapi dengan surai.
Karena itu, jenis bunglon ini dikenal juga sebagai giant forest dragon atau naga hutan besar. Mereka merupakan spesies hewan arboreal, meskipun memiliki kemampuan renang yang menakjubkan.
Morfologi dan Ciri-Ciri Bunglon Surai Terpotong
Dibanding spesies lainnya, ukuran bunglon surai terpotong masuk dalam kategori sedang. Panjang kepala sampai pangkal ekor berkisar 8,8 cm, sedangkan total panjang tubuhnya mencapai 27 cm.
Bunglon ini dapat kita tandai dari corak dasar tubuhnya yang berwarna hijau. Pejantan memiliki bercak biru terang dan bintik-bintik kuning pada bagian samping tubuhnya, sedangkan spesies betina tidak.
Bunglon betina umumnya mempunyai warna tubuh cokelat gelap dengan corak kekuningan. Ukuran tubuh mereka juga relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelompok pejantan.
Jika dilihat sekilas, permukaan punggung betina seperti tidak memiliki surai. Padahal ukuran surai mereka terhitung sangat kecil, sehingga hanya terlihat seperti gerigi-gerigi halus.
Sedangkan surai sang pejantan tampak sangat jelas dan panjang. Surai atau rambutnya itu berbentuk menyerupai sisik. Tampilannya memipih dan runcing, meskipun terasa cukup lunak apabila kita sentuh.
Habitat dan Distribusi Bunglon Surai Terpotong
Anggota genus Gonocephalus adalah spesies asli dari kawasan Asia Tenggara. Karena itu, bunglon surai terpotong sendiri dapat kita jumpai di Thailand, Vietnam, Malaysia, Myanmar, sampai ke Indonesia.
Di tanah air, spesies G. grandis terdistribusi mulai dari Pulau Sumatra dan sebagian wilayah Kalimantan. Mereka cukup jamak ditemukan di Kepulauan Mentawai, terutama di kawasan hutan yang lembap.
Melansir berbagai sumber, spesies ini umumnya mendiami wilayah hutan hujan serta hutan rawa air tawar. Mereka hidup pada dataran rendah sampai ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (dpl).
Sebagian besar waktu giant forest dragon dihabiskan berada di atas pohon. Mereka acap kali terlihat menempel pada bagian batangnya, khususnya pada pohon-pohon yang tumbuh di sekitar sungai.
Merujuk IUCN Red List, status konservasi G. grandis berada pada kategori “least concern” atau risiko rendah. Tren populasinya juga cukup stabil, sehingga tidak tergolong sebagai hewan yang dilindungi.
Perilaku dan Kebiasaan Bunglon Surai Terpotong
Bunglon surai terpotong memiliki perilaku dan kebiasaan yang unik. Hewan ini dapat melompat ke dalam air ketika terancam, kemudian melakukan gerakan renang dengan cepat untuk menghindari predator.
Bahkan, terkadang mereka menenggelamkan diri ke dasar sungai dan berenang sampai ke daratan. Pejantan umumnya hidup di atas pohon yang lebih tinggi daripada betina, yakni berkisar 15 meter di atas tanah.
Hewan satu ini juga memiliki kemampuan untuk mengubah warna kulit. Meskipun tidak sebaik kelompok kameleon, kemampuan kamuflasenya tersebut ampuh menyamarkan tubuhnya dari pantauan pemangsa.
Perlu diketahui, kemampuan kamuflase bunglon didapatkan dari zat nanokristal yang ada di bagian bawah kulitnya. Ini bisa memantulkan cahaya, sehingga sama dengan corak dedaunan yang ada di sekitarnya.
Di alam liar, spesies G. grandis memakan invertebrata seperti serangga dan belatung. Mereka juga memburu beberapa spesies laba-laba, terutama yang memiliki tubuh kecil dan tidak beracun.
Taksonomi Spesies Gonocephalus Grandis
Penulis : Yuhan al Khairi