Indonesia kaya dengan berbagai jenis tanaman obat-obatan. Salah satunya, tanaman menjalar Binahong atau Anredera cordifolia (Ten.) Steenis yang kerap kali digunakan sebagai bahan obat herbal. Selain terkenal dengan beragam khasiat, kita dapat dengan mudah menemui tanaman ini di mana saja. Hal ini lantaran dia dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi.
Sifatnya yang mudah tumbuh di mana saja, menjadikan asal muasal tumbuhan ini menjadi sebuah tanda tanya besar. Menurut beberapa penelitian, di Indonesia Binahong berasal dari daratan Tiongkok. Di sana, masyarakat menamakannya Dheng San Chi. Karena berkhasiat, maka masyarakat Asia seperti Korea, Taiwan, dll., biasa mengonsumsi tumbuhan ini. Bahkan, di daratan Vietnam tumbuhan ini menjadi konsumsi wajib masyarakatnya saat perang melawan Amerika. Di lain sisi, penelitian dalam The Invasive Species Compendium mengatakan tumbuhan ini asli Hawaii dengan nama heartleaf madeiravine atau ‘uala hupe.
Terlepas dari pertanyaan dari mana asal-muasal tanaman ini, dalam “Obat Herbal Antibakteri Ala Tanaman Binahong” Fitriyah dkk., menuliskan seluruh bagian tanaman binahong mulai dari akar, umbi, batang, daun dan bunga sangat berkhasiat untuk obat dalam penyembuhan yang pada umumnya diolah menjadi obat herbal.
Secara morfologi binahong termasuk ke dalam jenis tumbuhan menjalar. Panjangnya dapat mencapai lebih dari 10 meter dengan akar berbentuk rimpang dengan tekstur daging yang lunak. Flora ini memiliki panjang cabang dan batang kurang lebih antara 20 hingga 30 centimeter. Selain itu, dia berdaun tunggal dengan tangkai sangat pendek dengan tulang daunya menyirip, tersusun berseling, berwarna hijau muda serta berbentuk jantung. Tulang daunnya dapat tumbuh panjang sekitar 5-10 centimeter dengan lebar sekitar 3-7 centimeter. Sementara fisik daunnya sangat tipis, ujungnya runcing, pangkal berbelah, tepi rata atau bergelombang, serta permukaannya halus.
Baca juga: Lebih Dekat dengan Rusa Totol, Primadona Istana Bogor
Bersifat Antibakteri, Binahong Terkenal sebagai Obat Herbal
Yuniarti dan Lukiswanto dalam “Effects of Herbal Ointment Containing the Leaf Extracts of Madeira vine (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) for Burn Wound Healing Process on Albino Rats” menulis daun binahong mengandung senyawa alkaloid, flavanoid, dan saponin yang bersifat sebagai antibakteri sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal alami. Penelitian yang sama menyebut kandungan dan efek farmakologis binahong dapat mencegah serta mengatasi kanker.
Lebih jauh, Yuniarti dan Lukiswanto juga mencatat binahong mampu mengobati diabetes melitus, TBC, rematik, asam urat, asma, tifus, hipertensi, wasir. Masyarakat juaga kerap menggunakan flora ini sebagai ramuan mengatasi diuretik, pemulihan pasca persalinan, penyembuhan luka dan operasi pasca sunat, maag, radang usus besar, dan kanker.
Prof. Elin Yulinah, Guru besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, dalam laman resmi ITB menjelaskan cara mengolah binahong menjadi obat-obatan. Menurutnya, masyarakat dapat menggunakan konsentrat tanaman ini. Secara tradisional masyarakat mendapatkan konsentrat dengan merebus tanaman tersebut. Namun, jamak pula masyarakat yang mengonsumsi langsung daun binahong.
Binahong dapat tumbuh di wilayah beriklim hangat dengan musim panas yang basah dan kering, serta daerah tanpa musim kemarau. Oleh karena itu, masyarakat pun mudah menemukan tumbuhan ini, bahkan masyarakat dapat membeli binahong melalui supermarket daring dengan harga yang terjangkau.
Penulis: Maria Soterini
Editor: Ixora Devi