Kucing batu atau marble cat (Pardofelis marmorata) adalah salah satu anggota famili Felidae yang penampilanya mirip dengan macan dahan. Terdapat tiga subspesies yang dikenal secara umum hingga kini, yaitu Pardofelis marmorata marmorata, Pardofelis marmorata charltoni, dan Pardofelis marmorata longicaudata.
Satwa yang sering menghabiskan waktunya di atas pohon ini (arboreal) biasanya aktif di waktu peralihan (krepuskular) dan malam hari. Belum tahu pasti berapa usia mereka di alam, tapi kucing batu yang hidup di penangkaran dapat berumur hingga 12 tahun.
Banyak Menghabiskan Waktu di Atas Pohon
Ukuran tubuh kucing batu hampir sama dengan kerabatnya, kucing rumahan. Namun, sedikit lebih panjang dan lebih ramping. Panjang dari kepala hingga tubuhnya berkisar antara 45 hingga 60 cm dengan tinggi bahu rata-rata 28 cm dan panjang ekor 33-55 cm.
Tubuhnya tertutupi rambut yang tebal dan halus dengan corak yang bervariasi. Tubuhnya terlihat berwarna kuning kecokelatan dengan bercak besar yang berwarna pucat di bagian tengahnya dan bergaris hitam.
Pola corak ini cenderung berukuran lebih kecil daripada corak di macan dahan. Selain itu, corak ini terlihat saling menyatu seperti marmer. Ketika masih kecil, anak kucing ini berwarna cokelat belang-belang hingga mereka mendapatkan tanda dewasa di usia empat bulan.
BACA JUGA: Oar Fish, Legenda Monster Laut dari Perairan Dalam
Hewan ini memiliki telinga yang pendek dan membulat berwarna hitam dengan garis-garis abu-abu. Ukuran kakinya relatif besar dan memiliki bantalan tumit yang sangat besar. Untuk kucing seukuran ini, gigi taring mereka sangat besar. Ekor mereka juga tertutupi rambut yang tebal yang berguna sebagai penyeimbang tubuhnya.
Satwa ini memangsa burung hingga mamalia kecil yang arboreal seperti tupai pohon. Selain itu, mereka juga memangsa tikus, kelelawar, burung kecil, kadal, katak, dan serangga.
Habitat Kucing Batu di Berbagai Wilayah
Kucing batu ada di berbagai kondisi habitat. Mereka bisa hidup di ketinggian 3000 mdpl di hutan campuran, hutan sekunder, area bukaan lahan, hingga semak berbatu.
Kucing batu juga dapat kita temukan di India bagian utara, Nepal, Sikkim, Assam, Myanmar, Laos, Thailand, Vietnam, Kamboja, semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Namun, karena cukup sulit ditemui di habitatnya, habitat dan distribusinya mungkin lebih luas.
Telah Dilindungi di Sebagian Besar Wilayah Jelajahnya
Kerusakan habitat, perluasan pemukiman dan pertanian, hingga perburuan ilegal menjadi ancaman bagi populasi kucing batu di habitatnya. Banyak yang memburu mereka, kemudian menjual bagian kulit, daging, hingga tulang. Mereka juga kerap menjadi satwa peliharaan.
Oleh sebab itu, status konservasinya menurut IUCN ialah hampir terancam (near threatened). Mereka juga masuk dalam kategori Apendiks 1 oleh CITES.
BACA JUGA: Unta Arab, Satwa Domestik Berpunuk Satu dari Jazirah Arab
Sudah banyak upaya perlindungan kucing batu di sebagian besar wilayah jelajahnya, termasuk Indonesia. Bahkan, perlindungan satwa ini ada di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Larangan perburuan satwa ini sudah ada di Bangladesh, Kamboja, China (hanya Yunnan), India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Nepal, dan Thailand.
Penulis: Anisa Putri
Editor: Indiana Malia