Hutan Lambusango, merupakan salah satu hutan tropis yang terdapat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Pulau ini kaya akan berbagai jenis flora dan fauna endemik, salah satunya adalah burung Halo yang dikenal sangat berperan dalam pelestarian hutan. Berikut usalannya.
Oleh Marwan Azis | Artikel ini diterbitkan pada edisi 06 Vol. 2 Tahun 2007
Di hutan-hutan Sulawesi khususnya di Hutan Lambusango yang memiliki luas sekitar 65.000 hektar, burung Halo begitu mudah dilihat, karena tubuhnya besar (beratnya sekitar 2,5 kg), panjang tubuh dan bentangan kedua sayapnya lebih dari satu meter dan memiliki buluh yang indah. Kepak sayapnya menimbulkan suara seperti helikopter. Burung Halo termasuk burung yang suka bersuara, suaranya begitu jelas dan mirip suara anjing (kwok-kwok,kwok-kwok…).
Burung Halo jantan berjendul merah, dengan bulu leher berwarna kuning. Sedangkan Halo betina berjendul kuning, dengan ukuran yang lebih kecil, dan memiliki bulu leher berwarna hitam. Baik jantan maupun betina memiliki gelambir warna biru yang berada di bawah paruhnya. Gelambir tersebut berfungsi sebagai kantong penyimpan buah. Ukuran jantan sedikit lebih besar daripada betina.
Burung Halo termasuk keluarga Rangkong (Bucerotide) yang memiliki ukuran tubuh relatif lebih besar dibandingkan rata-rata rangkong Asia dan Afrika. Menurut catatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Operasi Wallacea (Opwall) Trust, saat ini terdapat 57 spesies burung Rangkong di dunia. Bagi pengamat burung, Halo juga disebut Julang Sulawesi (Aceros cassidix). Burung ini tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia.
Namun demikian, burung Rangkong dengan ciri fisik yang telah disebutkan, merupakan jenis yang hanya ditemukan di Pulau Sulawesi dan sekitarnya, sehingga burung Halo dianggap sebagai burung spesies endemik Sulawesi.
Sebagai burung pemakan buah, burung Halo mampu membawa buah yang telah masak sampai 10 persen dari berat tubuhnya. Buah yang dikonsumsi berasal dari berbagai pohon ara seperti beringin (Ficus spp). “Keberadaan burung ini sangat penting dalam merehabilitasi hutan dan lahan,” kata Direktur Opwall Edi Purwanto.
Di hutan Lambusango, burung Halo jantan dan betina sering terlihat beterbangan berpasangan untuk mempertahankan hidupnya. Burung Halo membutuhkan pohon ara atau beringin berukuran besar sebagai tempat bersarang saat bertelur dan memelihara anaknya. Menurut field naturalist Opwall Henry Ali Singer, sedikitnya ada 30 jenis pohon ara yang menjadi sumber pakannya.
Dalam perjalanan mengarungi rimbunya tajuk hutan, buah yang tersimpan diparuh burung Halo yang panjang terkadang jatuh. Buah yang diseleksi dengan baik ini kemudian secara mudah akan bersemai menjadi tanaman baru.“Burung ini berperan dalam penyebaran biji pohon hutan sehingga dapat tumbuh dan menyebar secara alami,” kata Ali Singer saat bercerita tentang burung Halo.