Sobat Greeners, jangan kaget ketika menemui hewan serupa ular ketika Anda sedang berada di lautan. Mungkin yang Anda temui itu adalah belut laut. Simak penjelasan Greeners tentang satwa yang populasinya mulai terancam berikut ini.
Melansir Jurnal Ilmiah Universitas Atma Jaya Yogyakarta, belut adalah sekelompok ikan yang mirip seperti ular dan tergabung dalam suku Synbranchidae. Kelompok hewan ini terdiri dari banyak jenis, salah satu anggotanya yaitu Belut Laut atau Macrotema caligans.
Secara umum, Macrotema caligans merupakan plasma nutfah laut yang banyak hidup di area terumbu karang. Satwa ini sering masyarakat buru untuk menjadi bahan panganan.
Namun, minimnya informasi terkait belut membuat perburuannya semakin tak terkontrol. Tak ayal populasi belut laut semakin menipis, hingga terancam keberadaannya di alam liar.
Bila kita lihat dari habitatnya, Belut Moray (nama lain Macrotema caligans) bermukim di perairan tropis dan subtropis. Mereka hidup di dasar perairan (asin/tawar) dan jarang muncul ke permukaan.
Perbedaan Belut Laut dan Ikan Sidat
Banyak masyarakat yang menyamaratakan antara belut laut dan Ikan Sidat (Anguilla spp). Meski terlihat mirip, keduanya ternyata memiliki ciri fisik atau morfologi yang cukup berbeda.
Jika kita perhatikan, spesies moray sebenarnya tidak memiliki sirip. Satu-satunya sirip yang ada di permukaan kulit mereka terletak di bagian ekor dan tampak tereduksi.
Sementara ikan sidat, sirip-siripnya terlihat jelas dan hampir menyelimuti seluruh bagian tubuh mereka. Selain itu, Synbranchidae umumnya tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk.
Mereka dapat bernafas dari udara dengan bukaan insang yang sempit. Mata belut juga tidak berfungsi baik, beberapa spesiesnya – yang hidup di gua – bahkan buta total.
Agar lebih mudah mempelajari ciri-ciri belut laut, berikut Greeners jabarkan daftarnya:
Morfologi dan Ciri-Ciri Belut Laut
- Warna kulit cokelat pucat;
- Panjang tubuh antara 60-70 cm ketika dewasa;
- Bobotnya bisa mencapai 250-400 gr per ekor;
- Punya gerakan yang lambat namun sangat kuat;
- Bagian kepalanya terlihat seperti terompet;
- Bentuk ekornya menyerupai seperti pedang; dan
- Ukuran matanya lebih kecil daripada ikan sidat.
Kebiasaan, Makanan dan Reproduksi Macrotema caligans
Merujuk Jurnal Metamorfosa Universitas Udayana belut laut tergolong sebagai air breathing fishes, artinya mereka mengambil oksigen dari udara selama musim kering tanpa air di sekelilingnya.
Hewan ini mempunyai alat pernapasan tambahan berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulut, serta berfungsi untuk menyerap oksigen secara langsung dari udara.
Uniknya mayoritas Synbranchidae juga merupakan hemaprodit protogini, yakni spesies ikan yang mengalami masa hidup sebagai betina di usia muda, lalu berubah menjadi jantan saat dewasa.
Mereka juga membuahi telur dan spermanya di luar rahim (pemijahan). Proses perkembangbiakkan belut sendiri dapat berlangsung kurang lebih setahun, hingga larva menjadi individu dewasa.
Perlu kita ketahui, masa kawin belut laut terjadi pada saat akhir musim panas. Telur-telur yang mereka lepaskan akan melayang di kolom atau mengapung di atas permukaan perairan.
Penelitian yang sama mencatat, beberapa jenis belut ini biasanya akan bermigrasi dulu sampai ke lepas pantai sebelum akhirnya melakukan pemijahan.
Moray sendiri ahli percayai hidup dengan memakan moluska, seperti gurita, cumi-cumi, sotong, krustasea, serta bangkai-bangkai hewan laut yang jatuh dari permukaan teratas.
Walau termasuk dalam kelompok dominan, siapa sangka spesies mereka turut diburu oleh hewan lainnya seperti kerapu besar, ikan hiu, ikan barakuda, hingga ular laut.
Manfaat Belut Laut dan Populasinya di Dunia
Seperti yang telah saya sebutkan, jenis belut laut di dunia terhitung sangat banyak. Melansir berbagai sumber, pakar percaya bahwa ikan tersebut memiliki setidaknya 200 ragam spesies.
Salah satu spesies yang paling terkenal adalah Belut Mulut Putih (Gymnothorax meleagris). Mereka sering hidup di perairan Hawaii dan Indonesia, meski jarang kita temukan di wilayah lainnya.
Di Tanah Air, keberadaan satwa ini sebenarnya cukup berlimpah. Namun sama seperti Macrotema caligans, populasi mereka terus menurun seiring tingginya perburuan satwa di alam liar.
Melalui penelusuran pustaka kami mencoba menelisik lebih jauh terkait manfaat belut laut, terutama untuk perannya sebagai konsumsi bagi masyarakat.
Namun berdasarkan penelusuran tersebut, kami tidak menemukan adanya bukti valid yang menunjukkan (secara spesifik) manfaat mengonsumsi belut laut bagi kesehatan manusia.
Beberapa sumber memang menjabarkan manfaat mengonsumsi belut sawah. Namun tidak ada yang secara pasti menyimpulkan, bahwa kedua spesies ini memiliki kandungan gizi yang serupa.
Lagipula memburu belut muara atau laut sebenarnya cukup berisiko, sebab mereka mempunyai barisan gigi tajam yang digunakan sebagai mekanisme pertahanan diri saat merasa terancam.
Taksonomi Belut Laut
Referensi
Ni Made Sekarmini, dkk., Universitas Udayana
Anggun Sandita, dkk., Universitas Islam Bandung
Thomas Pater Dimarjati, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Penulis: Yuhan Al Khairi