Ada yang mengenalnya sebagai pulusan, ada pula yang menyebutnya sebagai babi batang atau sigung Sumatra. Apapun julukan bagi hewan ini, mereka jelas memiliki tampilan unik. Moncongnya panjang seperti babi, sementara kukunya tajam dan panjang seperti beruang.
Babi batang dikenal dengan nama latin Arctonyx collaris. Mamalia kecil itu tergabung dalam keluarga Mustelidae, sehingga masih berkerabat dengan berang-berang, teledu, cerpelai, marten, ferret, hingga mink.
Secara fisik pun anggota famili Mustelidae memiliki sejumlah kemiripan. Mereka biasanya mempunyai kaki-kaki yang pendek, ekor berukuran pendek sampai sedang, serta postur tubuh yang memanjang.
Kelompok satu ini umumnya ditempati oleh golongan mamalia bersifat karnivora. Namun ada pula anggotanya yang memiliki sifat omnivora, salah satunya pulusan yang memakan cacing hingga buah-buahan.
Morfologi dan Ciri-Ciri Babi Batang
Sekilas morfologi babi batang cukup mirip dengan musang biul, tetapi dengan ukuran tubuh yang relatif lebih besar. Panjang tubuhnya dapat mencapai 650–1.040 mm, sedangkan ekor berkisar 120–170 mm.
Seperti yang telah disebutkan, moncong hewan ini terlihat mirip seperti babi. Cakarnya panjang dan melengkuk layaknya beruang, yang mana sangat berguna dalam menggali sarang (tanah) dan mencari mangsa.
Dibandingkan anggota Mustelidae lain, tubuh pulusan tergolong cukup gemuk. Ini tertutupi oleh rambut berwarna kekuningan, keabu-abuan, atau kehitaman; dengan pita putih lebar di atas dahi hingga moncong.
Membaca penjabaran di atas, terang saja jika hewan ini dijuluki sebagai sigung Sumatra. Selain habitatnya ditemukan di Pulau Sumatra, warna bulu pulusan ternyata sangat mirip dengan spesies sigung.
Kendati demikian, singung biasanya memiliki bulu-bulu halus dan tebal. Sementara babi batang mempunyai bulu yang kaku dan tipis, coraknya pun cenderung lebih kusam dibandingkan dengan sigung.
Habitat dan Distribusi Babi Batang
Tak bisa dimungkiri, sebagian besar masyarakat Indonesia pasti sangat jarang mendengar kata babi batang. Padahal mereka merupakan salah satu satwa asli Nusantara, yang dapat kita temukan di Pulau Sumatra.
Spesies ini bermukim di kawasan hutan tropis dataran rendah sampai ketinggian 3.500 meter di atas permukaan laut. Tipe habitatnya mulai dari hutan primer, padang rumput, hingga daerah pertanian.
Selain Indonesia, satwa dengan nama asing hog badger ini bisa dijumpai di daerah Bhutan, Kamboja, China, Thailand, Laos, Mongolia, Myanmar, India, dan Vietnam. Pusat distribusinya paling padat di Asia Tenggara.
Merujuk IUCN Red List, status konservasi spesies A. collaris berada pada kategori “vulnerable” atau rentan. Walaupun jumlah spesifiknya belum diketahui, tren populasi hewan tersebut disinyalir terus berkurang.
Menurut penelitian, salah satu penyebab kepunahan hog badger adalah kehilangan habitat. Angka deforestasi di hutan Sumatra memang cukup tinggi. Ini juga diperparah dengan masifnya aktivitas perburuan liar.
Perilaku dan Kebiasaan Babi Batang
Pulusan merupakan hewan terestrial. Mereka mencari makan dengan menggali tanah di lantai hutan, dengan jenis buruan meliputi mamalia kecil, serangga, umbi-umbian, hingga akar tumbuhan.
Meski begitu, perilaku berburu satwa ini masih diperdebatkan para ahli. Sebagian dari mereka menganggap pulusan sebagai hewan nokturnal, sedangkan yang lain menggolongkannya sebagai satwa diurnal.
Hasil tangkapan camera trap bahkan lebih membingungkan lagi. Melalui foto-foto yang didapatkan ilmuwan, satwa tersebut tidak menunjukkan adanya puncak aktivitas baik pada siang maupun malam hari.
Walau jarang ditemukan, spesies A. collaris tidak takut akan kehadiran manusia. Mereka bermukim di celah bebatuan atau lubang tanah, yang nantinya dapat digunakan oleh hewan lain jika sudah ditinggalkan.
Babi batang termasuk salah satu satwa yang dilindungi. Namanya juga telah terdaftar dalam lampiran Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, Republik Indonesia.
Taksonomi Arctonyx Collaris
Penulis : Yuhan al Khairi