Baru-baru ini, ramai pemberitaan mengenai anjing langka bernama “New Guinea Singing Dog (NGSD)” atau Anjing Bernyanyi Papua Nugini. Anjing ini gemar melolong seperti bernyanyi. Kali ini, kita akan melihat bagaimana peranan anjing dalam budaya masyarakat Papua.
Anjing adalah sahabat manusia karena mereka memiliki sifat sosial yang tinggi. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan manusia bisa melatih, bermain, tinggal bersama, dan bersosialisasi bersama anjing.
Beberapa alasan orang memelihara anjing adalah sebagai teman, untuk kesenangan, kebanggaan (prestise), dan tambahan aktivitas.
Terdapat sebuah pepatah yang mengatakan, seekor anjing tak akan pernah menggigit tangan tuan atau orang yang memberinya makan. Begitulah gambaran hewan setia ini, betapa anjing menjadi hewan favorit untuk dipelihara.
Bagi Masyarakat Papua, Anjing Bukan Sekadar Hewan Peliharaan
Tanah Papua disebut ‘Tanah Surga’ karena memiliki beragam flora khas, dan juga beragam fauna unik yang hidup di dalamnya.
Tidak hanya dipelihara, anjing memiliki arti lebih bagi sebagian masyarakat adat yang tinggal di Indonesia, contohnya suku-suku di Papua.
Bagi suku-suku di Papua anjing merupakan hewan yang mempunyai nilai penting bagi kehidupan. Bahkan, anjing menjadi sumber imajinasi.
Secara umum, fungsi anjing dalam kehidupan suku beragam yang berada di Papua adalah untuk berburu binatang, seperti babi, biawak, kasuari, tikus tanah, kuskus. Selain itu anjing juga sebagai penjaga dan penghuni rumah.
Rini Maryone menjelaskan nilai penting seekor anjing bagi suku-suku yang berada di Papua. Dalam tulisannya dia sebutkan anjing memiliki keunikan fungsi dan sarat nilai sakral.
Rini bercerita tentang kehidupan suku Korowai dan suku Momuna yang memiliki rumah di atas pohon. Masyarakat suku ini menempatkan anjing pada bagian para-para di tangga-tangga naik.
Hal ini, lanjutnya, agar anjing dapat menjaga tuannya yang berada di atas rumah pohon. Jika musuh datang anjing akan menggonggong sehingga tuan rumah dapat mengetahui bahwa ada musuh.
Baca juga: Mengenal Keruing, Flora yang Mendominasi Pulau Kalimantan
Masyarakat Percaya Anjing Usir Roh Halus dan Berikan Berkat Perburuan
Anjing selalu mendampingi masyarakat suku Korowai dan suku Momuna ketika mereka berburu dan berkebun.
Lebih jauh, Rini menjelaskan dalam kehidupan suku Botawa seekor anak anjing –bahkan anjing dewasa— dapat tidur bersama tuannya.
Anjing tersebut warga gendong kemana saja mereka pergi dan beraktivitas. Mereka menempatkan seekor anjing sama dengan posisi anak mereka sendiri.
Jika seekor anjing mati tertabrak atau orang lain bunuh dengan sengaja, pemiliknya akan menuntut denda yang besar.
Nilai sakral seekor anjing bagi kehidupan masyarakat suku di Papua juga terlihat dengan mereka yang tidak mengonsumsi daging anjing. Mereka adalah masyarakat dari suku di Kabupaten Merauke, suku Marind Anim, Yapen (Serui Laut), dan suku Botawa kabupaten Waropen.
Berdasarkan tulisan Rini, masyarakat suku diatas mempercayai seekor anjing dapat mengusir makluk halus (setan, roh-roh orang mati, sihir jahat, suanggi) dengan cara menggonggong.
Selain itu, anjing juga sebagai dema atau totem yang dapat memberikan berkat perburuan yang melimpah.
Penulis: Sarah R. Megumi
Referensi:
Rini Maryone, Balai Arkeologi Papua dalam Jurnal Penelitian Arkeologi (2018)