Anggrek sejak lama menjadi bunga kebanggaan Indonesia. Kontribusi anggrek Indonesia dalam khasanah anggrek dunia pun cukup besar. Dari 20.000 spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, 6.000 diantaranya berada di hutan-hutan Indonesia.
Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki keragaman warna dan bentuk bunga. Sayangnya, potensi ini sering sekali menghadapi kelangkaan dan ancaman kepunahan. Contohnya saja yang sedang dihadapi oleh jenis Anggrek Larat.
Anggrek larat dapat dijumpai di pulau Larat, Tanimbar, Maluku. Dari namanya saja sudah menjelaskan bahwa anggrek ini adalah anggrek identitas Maluku. Sama seperti status anggrek hitam (maskot flora provinsi Kalimantan Timur), jumlah anggrek larat semakin lama terus berkurang akibat perusakan yang terjadi di habitat aslinya. Di pulau Larat, Tanimbar, tanaman bunga ini tumbuh alami di pohon-pohon besar atau celah tebing kapur.
Secara morfologi, anggrek larat merupakan anggrek jenis epifit. Tanaman ini mempunyai batang berbentuk gada dengan pangkal berukuran kecil, bagian tengah membesar dan ujungnya mengecil kembali. Daunnya memiliki daging daun yang tebal dengan panjang kira-kira 12 cm dan lebar kira-kira 2 cm. Tekstur daunnya kaku dengan warna mulai dari hijau muda hingga hijau tua serta mengkilat dibagian permukaan daun. Daun tersusun melekat pada batang, saling melekan dengan daun lain. Semakin sehat daun tanaman anggrek larat, maka bunganya juga akan mekar dengan baik (dikutip pada laman tissuecultureandorchidologi.blogspot.co.id dan alamendah.org).
Pada bunganya, bunga anggrek larat berwarna keungunan pucat hingga ungu tua. Tersusun dalam bentuk tandan yang tumbuh pada buku-buku batangnya dan agak menggantung. Panjang tandan bunga kurang lebih 60 cm dengan jumlah bunga tiap tandan 6 – 24 kuntum. Masing-masing bunga bergaris tengah kurang lebih 6 cm. Daun kelopak berbentuk lanset berwarna keunguan. Untuk buahnya sendiri berbentuk jorong, panjang 3,2 cm, namun bunganya jarang menjadi buah.
Anggrek larat yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Cooktown Orchid, berkerabat dekat dengan beberapa jenis anggrek lainnya seperti Anggrek Merpati, Anggrek Albert, Anggrek Stuberi, Anggrek Jamrud, Anggrek Karawai, dan Anggrek Kelembai. Dalam bahasa Latin tumbuhan ini dikenal sebagai Dendrobium phalaenopsis dengan sinonim Vappodes phalaenopsis, dan Dendrobium bigibbum.
Upaya konservasi anggrek larat pernah menjadi sangat terkenal di kalangan para pecinta anggrek, di samping anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis). Spesies anggrek ini juga menjadi satu dari 12 spesies anggrek kategori langka dan dilindungi di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
Dikutip pada laman biodiversitywarriors.org, budidaya anggrek larat kini sudah mulai dilakukan agar tanaman ini tidak punah. Pembudidayaan dilakukan pada lahan yang terkena sinar matahari langsung saat pagi hari. Lahan yang digunakan untuk menanam anggrek sebaiknya diberi semacam tirai untuk menaungi tanaman saat matahari mulai menyengat. Hal ini dikarenakan anggrek larat tidak tahan apabila terlalu panas, meski membutuhkan sinar matahari langsung.
Penulis: Sarah R. Megumi