Pasti kita tidak asing dengan film Nemo, yang menceritakan perjalanan seekor ikan badut dalam misi penyelamatan anaknya yang tertangkap nelayan. Jika kita perhatikan dengan saksama, ada makhluk seperti tumbuhan laut yang terlihat di sekitar rumah ikan badut pada film Nemo. Ternyata, itu adalah hewan yang bernama anemon laut.
Anemon adalah hewan yang berkerabat dengan ubur-ubur dan terumbu karang. Sebagian besar anemon dewasa tetap berada di satu tempat, namun ada juga yang berenang bebas. Mereka menempelkan diri ke permukaan seperti batu dengan kakinya yang lengket atau mengubur diri di pasir, lumpur, dan kerikil di dasar laut. Bila lingkungan mereka sudah tidak layak huni, mereka perlahan-lahan meluncur di sepanjang dasar laut dengan menggunakan kaki mereka atau mengapung dan ‘berenang’ dengan meregangkan tubuh mereka.
Variasi Spesies
Ada lebih dari seribu spesies anemon laut di seluruh lautan dunia. Mereka bertahan hidup di kedalaman lebih dari 32,000 kaki di bawah permukaan laut. Varietas yang terbesar dan paling beragam hidup di perairan tropis yang dangkal. Anemon laut termasuk dalam filum Cnidaria. Cnidaria berasal dari bahasa latin cnidae yang berarti jelatang. Semua hewan yang ada dalam kelompok ini memiliki sel penyengat yang mereka gunakan untuk menangkap mangsa dan melindungi diri dari predator.
Ada berbagai macam spesies anemon laut. Misalnya anemon laut perekat, manik-manik, halus, tentakel panjang, terompet, dan masih banyak lagi. Mereka tinggal di berbagai habitat, mulai dari danau laut yang berlumpur hingga pantai, bangkai kapal, sampai batu karang yang jauh dari pantai. Beberapa bahkan menempel pada makhluk hidup lainnya.
Tubuhnya lunak dan menyerupai bunga, dengan diameter bervariasi. Ada yang kurang dari 0,02 meter, ada yang sampai 1,5 meter. Ia biasanya berwarna kuning, hijau, atau biru. Beberapa anemon laut berumur sangat panjang, perkiraannya bisa mencapai 60-80 tahun. Anemon mampu mengkloning dirinya sendiri, maka dari itu anemon tidak menua dan berpotensi hidup tanpa batas waktu jika tak dimangsa oleh predator atau mati karena penyakit.
Baca juga: Arumdalu, Penghias Malam dengan Semerbak Harum
Makanan anemon laut
Ia mengonsumsi ikan kecil, plankton, atau krustasea yang lewat atau dekat dengan tentakel di sekitar mulut mereka. Anemon akan meluncurkan filamen seperti tombak untuk menyuntikkan racun yang melumpuhkan saraf mangsanya. Mereka kemudian menggunakan tentakel untuk mengarahkan makanan ke mulut mereka. Ada juga polip menyengat yang berbahaya bagi manusia.
Ada banyak cara reproduksi anemon laut, karena spesiesnya yang juga beragam. Misalnya, anemon beadlet dan daisy reproduksi dengan pembuahan internal, melepaskan anemon muda yang terbentuk sempurna dari mulut mereka. Kebanyakan anemon laut berkembang biak dengan cara aseksual. Mereka bertunas, fragmen putus dan berkembang menjadi anemon baru. Beberapa merenggang dan membelah diri menjadi 2 anemon baru yang berukuran sama.
Simbiosis Anemon Laut
Beberapa anemon memiliki hubungan simbiosis, seperti yang telah kita bahas di awal yaitu ikan badut. Lapisan lendir melindungi ikan badut dari sengatan anemon sehingga mereka dapat hidup aman dari predator di dalam tentakel anemon. Sisa makanan ikan badut juga sebagai camilan anemon. Beberapa anemon juga menjalin hubungan simbiosis dengan ganggang hijau. Sebagai imbalan menyediakan tempat berlindung yang aman bagi alga dan paparan sinar matahari, anemon menerima oksigen dan gula yang merupakan produk sampingan dari fotosintesis alga.
Menjaga Teritorial dengan Tamparan Tentakel
Ada koloni anemon laut yang melawan kelompok lain untuk melindungi wilayah mereka. Anemon hidup dalam kelompok besar yang berdekatan satu sama lain. Fauna ini mencari area untuk mereka klaim. Jika anemon dari kelompok lain terlalu dekat, mereka akan ‘menamparnya’ dengan tentakel khusus yang meninggalkan bercak sel penyengat yang menempel pada penyusup.
Meskipun anemon laut tidak terancam punah, polusi, pengambilan berlebihan sebagai koleksi, terinjak-injak oleh pengunjung yang ceroboh, dan aktivitas manusia lain dapat berdampak negatif bagi mereka. Jadi berhati-hatilah saat Anda berada di lingkungan mereka.
Penulis: Agnes Marpaung