Ekosistem terumbu karang di perairan tropis sudah dikenal sebagai gudang keanekaragaman biota. Di dalam komunitas lingkungan ini, karang merupakan unsur utama pembentuk maupun penyusun terumbu. Bersama berbagai hewan lain termasuk tumbuhan, mereka membentuk satu kesatuan dan saling berinteraksi antara satu dengan lainnya (Oseana, 2008).
Meningkatnya berbagai akitivitas pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut juga menimbulkan beragam tekanan terhadap kondisi terumbu karang. Kerusakan terumbu karang, misalnya, terlihat dalam bentuk penurunan kualitas dan kuantitasnya. Hal tersebut secara langsung berpengaruh pada sumber daya hayati laut, menurunnya berbagai jumlah populasi spesies langka, dan potensi jasa-jasa lingkungan lainnya.
Baca juga: Ekidna, Mamalia Berduri Asal Papua
Organisme atau biota laut yang penting dan perlu mendapat perhatian, yaitu akar bahar. Walau namanya akar bahar, tetapi ia tergolong hewan dan masuk ke dalam filum Coelenterata atau hewan tak bertulang belakang (hewan berongga). Hewan ini adalah salah satu biota laut yang dilindungi.
Mengutip dari buku Laut dan Bahan Makanan Kita (2004), akar bahar dalam Bahasa Inggris disebut The Black Corals atau The Thorny Corals. Sedangkan di kalangan peneliti, hewan ini dikenal sebagai Anthiphates. Nama Corals yang berarti karang dapat diketahui bahwa hewan ini merupakan jenis yang hidup di perairan laut, terutama yang memiliki terumbu karang.
Fauna akar bahar memiliki beberapa keistimewaan, yaitu tidak memiliki sistem pembuangan sisa pencernaan seperti halnya hewan lain yang beranus. Mereka juga mempunyai keunikan lain karena tak memiliki sistem pernapasan dan sistem peredaran darah (Laut dan Bahan Makanan Kita, 2004).
Namun, hewan ini mempunyai sistem lain yang menandakannya sebagai fauna, yakni tangan atau tentakel dan saluran pencernaan. Di samping itu mereka juga berkembangbiak dengan melakukan semacam perkawinan.
Jika ditinjau lebih dekat, akar bahar sesungguhnya bukan terdiri dari satu jenis hewan saja. Fauna ini menyerupai sekumpulan dari ratusan hewan kecil yang berbentuk seperti polip-polip atau spesies yang hidup sebagai koloni. Akar bahar atau koral hitam yang berasal dari semua jenis dari genus Anthiphates statusnya dilindungi secara nasional dan masuk dalam Appendiks II CITES (DitJen Kp3K, 2011).
Baca juga: Penyu Hijau, Spesies Penyu Terbesar di Lautan
Nama akar bahar ini diketahui berasal dari Bahasa Arab dan Melayu. Bahar dalam bahasa Arab artinya laut, sehingga akar bahar diartikan sebagai akar laut. Masyarakat atau penduduk lokal yang mendiami wilayah pesisir tidak jarang memanfaatkan sumber daya laut ini untuk memenuhi kebutuhan hidup. Salah satunya sebagai sumber senyawa obat. Dalam kasus yang sering ditemui, akar bahar sering dibuat menjadi kerajinan gelang atau suvenir. Fauna ini juga dipercaya mempunyai khasiat untuk kesehatan.
Penelitian Yunialdi Hapynes Teffu (2015) dalam Jurnal Institut Pertanian Bogor, menjelaskan bahwa akar bahar dari Genus Rumphella dan Hicksonella dimanfaatkan sebagai perhiasan dan obat rematik. Masyarakat di Pulau Sabu-Raijua, Nusa Tenggara Timur, telah lama menggunakannya sebagai obat. Pemanfaatnnya dengan cara mengeringkan dan menggerusnya lalu diambil serbuknya untuk diseduh dengan air panas dan diminum sebagai obat nyeri pada sendi.
Meskipun termasuk kelompok yang berstatus dilindungi, keberadaan akar masih dijual bebas secara daring. Semua jenis akar bahar dari genus Anthiphates juga masuk ke dalam jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Penulis: Sarah R. Megumi