Ajag, Anjing Hutan Indonesia yang Langka

Reading time: 2 menit
Ajag
Ajang dapat hidup berkelompok maupun sendiri (soliter). Foto: shutterstock.com

Anjing terkenal sebagai sahabat manusia karena memiliki sifat yang loyal dan setia. Di Indonesia terdapat anjing hutan asli yang mendiami pulau Sumatera dan Jawa. Fauna endemik ini berasal dari spesies Cuon alpinus. Dalam penamaan lokal disebut ajag atau ajak dan terbagi menjadi dua subspesies, yakni Cuon alpinus javanicus dan Cuon alpinus sumatrensis.

Anjing hutan yang berbeda dengan serigala ini tersebar di kawasan Asia mulai dari Bangladesh, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Russia, Tajikistan, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia ajag dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan Jawa.

Baca juga: Anjing Kintamani, Anjing Asli Pulau Dewata

Dalam bahasa Inggris, anjing hutan ini disebut sebagai Dhole, Asiatic Wild Dog, India Wild Dog, dan Red Dog. Di Malaysia binatang ini dikenal sebagai anjing hutan. Sementara di beberapa daerah di Jawa, diketahui sebagai asu kikik. Suara lolongannya terdengar jelas dan keras, tetapi salakannya lembut seperti mendengking pendek berulang-ulang ibarat bunyi kik-kik-kik.

Fauna langka ini biasa membuat sarang di gua-gua dan liang yang tersedia. Ajag biasa hidup berkelompok 5 sampai 12 ekor, bahkan hingga 30 ekor. Namun pada situasi tertentu, mereka dapat hidup soliter atau menyendiri.

Ajag

Ajang adalah jenis anjing hutan endemik Indonesia yang kini terancam punah. Foto: shutterstock.com

Secara morfologi, ajag mempunyai panjang tubuh sekitar 90 cm dengan tinggi badan sekitar 50 cm. Sedangkan berat badannya antara 12 hingga 20 kg. Anjing hutan ini memiliki ekor yang panjang sekitar 40 sampai 45 cm. Ajag memiliki bulu berwarna coklat kemerahan kecuali pada bagian bawah dagu. Leher hingga ujung perutnya bercorak putih dan ekornya berwarna kehitaman. Dalam waktu satu tahun, sang betina dapat melahirkan sampai dua kali.

Ajag memiliki peranan penting dalam ekosistem yakni sebagai pengendali populasi mangsa (prey). Mereka berburu mangsa bersama-sama dengan mengejar target yang lebih besar seperti babi hutan, kijang, rusa, banteng, dan kerbau. Binatang kecil seperti tikus, kelinci dan kancil juga menjadi makanan kesukaan ajag.

Cuon alpinus termasuk salah satu binatang langka di Indonesia yang populasinya semakin menurun. Ajag saat ini masuk dalam daftar merah IUCN, 2009 dengan kategori terancam punah (endangered). Salah satu ancaman bagi keberlangsungan hidup mereka adalah menurunnya populasi mangsa. Ajag dapat bertahan hidup dengan memakan beberapa jenis buruan untuk memenuhi kebutuhan energinya (Nugraha, 2010).

Taksonomi Ajag

Penulis: Sarah R. Megumi

Top