Aegiceras corniculatum atau bakau hitam adalah spesies tumbuhan semak yang berasal dari famili Primulaceae. Tanaman ini terkenal akan daunnya yang selalu hijau (evergreen), serta memiliki segudang manfaat bagi warga setempat.
Selain bakau hitam, jenis Aegiceras corniculatum publik kenal juga sebagai khalsi atau bakau sungai. Mereka menyebar ke sejumlah wilayah, terutama di daerah India dan Asia Tenggara.
Bakau hitam dapat pula kita temukan di Cina selatan, New Guinea, serta Australia. Mereka ahli golongkan ke dalam genus Aegiceras, sehingga berkerabat dekat dengan spesies kaboa.
Secara klasifikasi, bakau hitam ilmuwan ketahui memiliki empat sinonim binomial. Spesies ini disebut juga sebagai Rhizophora corniculate, A. fragrans, A majus, serta A. malaspinaea.
Morfologi dan Ciri-Ciri Aegiceras Corniculatum
Aegiceras corniculatum berbiak lurus hingga setinggi 7 m. Akarnya menjalar di permukaan tanah, dengan kulit kayu bagian luar berwarna keabu-abuan hingga cokelat kemerahan.
Terdapat sejumlah lentisel (lubang-lubang kecil) pada bagian kulit bakau. Daunnya berwarna hijau cerah dan mengilap di bagian atas, namun tampak hijau pucat pada bagian bawahnya.
Pertumbuhan daun bakau hitam terlihat bersilang dengan bentuk bulat telur terbalik (elips). Ujungnya tampak membundar, serta ada kelenjar pembuangan garam pada permukaannya.
Uniknya, bunga-bunga Aegiceras corniculatum tumbuh bergantung seperti lampion. Masing-masing tangkainya memiliki panjang 8-12 mm, serta terletak di bagian ujung tandan bunga.
Bunga dan mahkotanya berwarna putih sampai hijau. Sedangkan buahnya berwarna hijau hingga kemerahan, dengan bentuk agak membengkok serta memiliki diameter 5-7,5 cm.
Baca juga: Ceriops Tagal, Tengar Kaya Zat Tanin untuk Pewarna Alami
Habitat dan Karakteristik Aegiceras Corniculatum
Bakau hitam terkenal akan toleransinya terhadap salinitas, tanah, serta kondisi cahaya yang beragam. Mereka tumbuh di tepi dataran tergenang oleh pasang surut air yang normal.
Selain itu spesies satu ini juga jamak ahli temukan di tepi jalur air, yang bersifat payau secara musiman. Perbungaannya terjadi sepanjang tahun, sebagian besar diserbuki oleh serangga.
Pertumbuhan biji Aegiceras corniculatum terjadi secara semi vivipar, di mana embrio keluar melalui kulit buah. Saat buah mulai rontok, bibitnya akan tumbuh di bawah pohon dewasa.
Sebagai agen reproduksi, buah dan biji bakau hitam beradaptasi dengan baik di wilayah lain. Mereka terdistribusi berkat bantuan serangga, burung, atau penyebaran melalui perairan.
Menurut IUCN Red List, status konservasi Aegiceras corniculatum berada pada level berisiko rendah (least concern). Tren populasinya makin menurun akibat aktivitas alih fungsi lahan.
Kegunaan dan Manfaat Aegiceras Corniculatum
Sejak dahulu, mangrove dikenal sebagai sumber pangan, bangunan, hingga obat-obatan. Ia juga bertugas menjaga ekosistem perairan, sehingga bermanfaat bagi berbagai jenis biota.
Bakau hitam sendiri mempunyai saponin tinggi, sehingga sangat efektif kita gunakan sebagai racun ikan. Sedangkan, bunganya berguna sebagai hiasan karena memiliki aroma semerbak.
Di sejumlah wilayah, daun muda Aegiceras corniculatum bahkan khalayak konsumsi sebagai lalapan. Kayunya merupakan bahan baku arang yang baik sehingga bernilai ekonomi tinggi.
Berbicara soal kayu, kualitas olahan kayu bakau hitam terbilang cukup mumpuni. Karena itu, material ini sering masyarakat manfaatkan sebagai konstruksi rumah, jalan dan sebagainya.
Dalam sebuah studi, diketahui pula bahwa Aegiceras corniculatum memiliki sifat analgesik. Maka itu, tidak heran jika ilmuwan mulai memanfaatkan ekstraknya sebagai obat diabetes.
Baca juga: Bakau Minyak, Penjaga Ekologis dan Sumber Ekonomi Warga
Taksonomi Spesies Tumbuhan Bakau Hitam
Penulis : Yuhan al Khairi