Kelelawar raksasa mahkota emas atau Acerodon jubatus merupakan mamalia terbang endemik dari Filipina. Berasal dari Famili Pteropodidae yang terdiri dari sekitar 180 spesies. Berkerabat dengan Pteropus vampyrus, Balionycteris maculata, Cynopterus sphinx, Rousettus madagascariensis, dan masih banyak lagi.
Satwa yang makanan utamanya buah ini dapat terbang sejauh 16 km dari tempat bertenggernya untuk mencari makan. Selain buah, mereka juga terkadang memakan daun yang hancur dan menelan kandungan airnya.
IUCN melansir bahwa status konservasi kelalawar raksasan mahkota emas adalah terancam bahaya (endangered) dengan tren populasi yang terus menurun di habitatnya.
Rentang Sayapnya Mencapai 1,7 meter
Panjang tubuh Acerodon jubatus dari kepala hingga tubuhnya sekitar 17-29 cm dan tidak memiliki ekor. Selain itu, panjang lengan bawahnya cukup bervariasi, yakni antara 12,5 cm hingga 20 cm. Ketika sayapnya merentang, panjangnya mencapai 1,5 m hingga 1,7 m. Kelelawar raksasa ini berbobot sekitar 1 kg sampai 1,2 kg, menjadikannya sebagai keleawar terbesar di dunia. Secara umum, kelelawar jantan berukuran tubuh lebih besar dan lebih berat dari betinanya.
BACA JUGA: Paus Tombak, Mamalia Laut yang Berkepala Runcing
Mamalia ini memiliki mata yang besar dengan telinganya yang relatif sederhana. Telinga tersebut meruncing di ujungnya dan hampir sepanjang moncongnya. Pada ruas kedua di tiap sayapnya terdapat cakar. Tubuhnya tertutupi rambut halus dan pendek, rambut tipis pada tenggorokan dan sealup telinga, serta tidak ada rambut pada selaput sayap.
Terdapat berbagai variasi warna pada kelelawar raksasa ini, umumnya berwarna cokelat tua atau hitam pada sisi kepala dan dahinya. Selain itu, ada juga yang berwarna cokelat kemerahan pada bahu, serta cokelat tua atau hitam pada punggung bawah. Di samping itu, terdapat garis oranye pada bagian belakang lehernya. Animal Diversity Web melansir bahwa variasi warna ini tidak bergantung pada jenis kelamin, geografis, ataupun usia.
Acerodon jubatus satwa Endemik Filipina
Kelelawar ini seringkali bertengger di pohon bakau, area hutan rawa, hingga rumpun bambu. Tepatnya, mereka bertengger di tepi tebing atau lereng yang sangat curam dan sulit dijangkau manusia. Umumnya, mereka mencari makan di hutan primer dan hutan sekunder berkualitas tinggi. Jarang sekali ditemukan di wilayah yang terganggu dan pertanian.
Mamalia terbang ini hanya ditemukan di Filipina dengan pengecualian di wilayah Palawan dan gugusan Pulau Batanes dan Babuyan.
Penulis: Anisa Putri S
Editor: Indiana Malia