WWF Internasional: Perubahan Iklim Mulai Masuk Dalam Agenda Politik Dunia

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Untuk pertamakalinya, 150 pemimpin dunia hadir pada penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi untuk perubahan iklim di Paris. Hal ini seperti membuktikan bahwa perubahan iklim mulai menjadi perhatian utama dalam agenda politik. Setidaknya begitulah yang disampaikan oleh Samantha Smith, Climate and Energy Initiative Leader WWF Internasional.

Mengutip dari keterangan resmi WWF yang diterima oleh Greeners, melalui pidato pembukaan para pemimpin negara yang hadir seperti menyuntikkan energi politik di awal perundingan, yang memberikan amanat kepada para negosiator agar meninggalkan Paris dengan langkah yang jelas untuk menyelesaikan kesenjangan emisi (emissions gap), melindungi masyarakat yang rentan dan menjamin bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk mengatasi perubahan iklim tersedia.

“Kita mendengar secara lantang dan jelas dari para kepala negara tentang perlunya kebutuhan kelompok yang rentan terhadap dampak perubahan iklim harus menjadi pusat perhatian dari kesepakatan yang dihasilkan di Paris. Kita juga mendengar dari hampir semua negara berkembang, pembahasan soal kesetaraan dan keadilan menjadi kunci untuk mendorong banyak kemajuan agar terjadi,” terangnya, Jakarta, Rabu (02/12).

India, terusnya, membawa kabar paling berarti pada pernyataannya. Mereka akan membawa perubahan melalui rencana untuk aliansi baru tenaga surya, untuk menyediakan akses energi tenaga surya bagi masyarakat miskin. Kolaborasi yang mencakup hampir kurang lebih 100 negara dan berdampak bagi miliaran orang ini adalah bukti bahwa mungkin untuk mengatasi perubahan iklim dan kemiskinan secara bersamaan.

Pada akhirnya, kesepakatan global di Paris harus mempercepat transformasi energi yang sudah mulai terjadi berkat melonjaknya permintaan pasar akan energi terbarukan. Komitmen bisnis pun mulai membesar dan aksi nyata telah dilakukan di berbagai kota, baik secara kelompok masyarakat maupun perorangan.

WWF, katanya lagi, percaya bahwa untuk memaksimalkan hasil yang akan dicapai di Paris, kesepakatan global yang baru harus menutup kesenjangan ambisi termasuk pendanaan dan dukungan lainnya untuk mempercepat aksi nyata melebihi komitmen yang sudah disampaikan. Selain itu, negara maju harus memberikan dukungan kepada negara yang rentan terdampak perubahan iklim dan mengatasi kerusakan yang tak dapat dihindari.

“Terakhir, keputusan Paris harus menetapkan secara jelas tujuan jangka panjang tahun 2050 untuk meninggalkan bahan bakar fosil menuju energi terbarukan dan penggunaan lahan secara berkelanjutan,” pungkasnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top