Jakarta (Greeners) – Perkembangan penyakit hepatitis akut misterius masih terus mengancam anak-anak di Indonesia.
Kementerian Kesehatan sebelumnya telah menerbitkan surat edaran untuk mewaspadai perkembangan penyakit hepatitis akut yang berasal dari Inggris Raya. Hepatitis akut tersebut belum diketahui etiologi atau asal usulnya hingga saat ini.
Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah menetapkan penyakit itu sebagai kejadian luar biasa pada 15 April 2022 setelah menyerang anak-anak usia 11 bulan hingga 5 tahun. WHO telah menyatakan bahwa penyakit ini telah menjangkiti sekitar 230 anak di 20 negara termasuk Indonesia.
Sementara di Indonesia telah ada tiga pasien anak meninggal dunia dalam perawatan di RS. Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta, dugaannya terjangkit hepatitis akut misterius.
Epidemiolog Center for Environmental and Population Health Griffith University Australia Dicky Budiman menyatakan, dengan adanya kasus angka kematian maka menjadi indikator bahwa penyakit hepatitis misterius akut tersebut masuk dalam penyakit serius yang perlu masyarakat waspadai.
Meski masih misterius, sambung dia penyebab hepatitis misterius akut ini ia duga berkaitan dengan sub varian Covid-19. Penyakit baru ini menyerang anak-anak mulai usia di bawah 5 tahun hingga 16 tahun.
Hepatitis misterius akut ini menyerang hati. Tapi penyakit misterius ini dipicu oleh Covid-19 dan varian-variannya yang penularannya melalui pernapasan.
“Ada hipotesa di sebagian negara khususnya di Eropa yang menduga hepatitis ini dipicu oleh kemunculan sub varian atau varian baru dari Covid-19. Ini bisa terlihat menyerang anak,” kata dia kepada Greeners, Kamis (5/5).
Masyarakat Perlu Mewaspadai Penularan Hepatitis Misterius
Covid-19 lebih cenderung menyerang anak karena kelompok ini, utamanya berusia kurang dari 5 tahun dan belum menerima vaksin.
Dicky mengatakan sebagaimana semua penyakit menular, hepatitis akut menular secara oral seperti pola penularan penyakit diare hingga tipes. Oleh karenanya ia menekankan pentingnya pencegahan penyakit akut ini. Pencegahan bisa masyarakat lakukan dengan memastikan sanitasi lingkungan.
“Meski belum ada kejelasan mengenai mekanisme penularan hepatitis ini, tetap harus melakukan pencegahan pada penyakit menular ini. Seperti memastikan sanitasi lingkungan dan personal hygiene,” paparnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengimbau pencegahan guna mewaspadai penyakit mematikan ini. Beberapa tindakan yang harus masyarakat lakukan yakni melakukan pencegahan mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih.
Selanjutnya tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit, serta tetap menjaga protokol kesehatan.
Jika anak-anak mengalami gejala kuning, seperti sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, seperti buang air kecil berwarna seperti teh, kotoran berwarna pucat, kejang dan penurunan kesadaran maka harus segera membawanya ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Pencemaran Lingkungan Memicu Potensi Penyakit Baru
Hal senada juga pengamat lingkungan hidup dari Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa ungkapkan. Ia menyatakan, tak hanya memastikan kebersihan lingkungan, potensi penyakit baru juga muncul imbas pertumbuhan populasi manusia sehingga meningkatkan pencemaran lingkungan.
“Pertumbuhan populasi manusia turut menjadi faktor utama pencemaran tanah air, udara dan menambah potensi munculnya penyakit baru,” imbuhnya.
Berbagai virus akan mengalami perubahan perilaku karena kerusakan lingkungan termasuk pencemaran yang berpotensi memunculkan penyakit baru.
WHO sebelumnya juga menyatakan, faktor lingkungan menjadi penyebab 40 % kematian. “Sementara dari sisi teori planet boundaries, novel entities (zat atau organisme baru) ada karena aktivitas manusia termasuk pencemaran dan telah melampaui batas aman,” ungkapnya.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin