Jakarta (Greeners) – Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mengingatkan pemudik untuk mewaspadai ancaman polusi udara saat mudik. Lonjakan pemudik jelang Lebaran 2023 akan meningkatkan timbulan polusi udara dari kendaraan bermotor.
Joko Widodo memprediksi sebanyak 123,8 juta orang mudik Lebaran 2023. Jumlah ini meningkat dari tahun 2022 yang hanya 85 juta orang.
Paparan polusi udara tak sekadar menyebabkan gangguan kesehatan tapi juga kematian karena keracunan karbon monoksida.
Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safruddin mengingatkan, agar pemudik dapat mengambil pelajaran dari kasus kemacetan mudik di pintu keluar Tol Brebes (Brexit), mudik lebaran tahun 2016 lalu tersebut memakan korban hingga 17 jiwa.
“Pencemaran udara masih mengancam Indonesia, tak terkecuali jalur mudik Lebaran yang terkenal dengan kemacetannya yang luar biasa seperti Pantura maupun Selatan Jawa via Nagrek,” katanya dalam konferensi pers virtual, baru-baru ini.
Tragedi Invisible Killer Brexit
Tragedi invisible killer yang terjadi di pintu keluar Tol Brexit sangat rentan terjadi, terlebih jumlah pemudik tahun ini merupakan luapan akumulasi 2 kali Lebaran tidak mudik imbas pandemi Covid-19.
Ia menyebut, fenomena itu terjadi justru karena saat macet berjam-jam, masyarakat akan keluar masuk mobil. Saat inilah emisi dari luar, termasuk berwujud gas seperti karbon monoksida masuk ke dalam mobil dan melebihi baku mutu.
“Jika kemacetan lebih dari satu jam sudah pasti karbon monoksida di atas 30.000 ppm. Padahal baku mutu kita hanya 4.000 ppm. Kalau lebih dari itu maka orang bisa pingsan,” ucapnya.
Tanda seseorang terekspos karbon monoksida ialah akan merasa lemas hingga pingsan. Tetapi seringkali masyarakat menerjemahkannya sebagai mengantuk akibat kurang tidur. “Ketika tidur pulas, tidak bangun kembali. Akhirnya berakibat kematian,” imbuhnya.
Demikian juga dengan baku mutu parameter lain yang melebihi baku mutu harian. Adapun bahan beracun dalam polutan emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain PM, SO2, NO2, CO, O3, hingga HC.
Ancaman Zat Polutan terhadap Kesehatan
Lebih lanjut ia menjelaskan, zat-zat polutan tersebut langsung memengaruhi sistem pernapasan, pembuluh darah, sistem syaraf, hati dan gejala pusing-pusing, mual dengan infeksi saluran napas atas (ISPA).
Dampak lainnya yakni menyebabkan asma, tekanan darah tinggi, hingga penyakit dalam seperti gangguan fungsi ginjal, kerusakan sistem syaraf dan penurunan IQ, kanker hingga kematian dini.
Ia mengingatkan agar saat terjadi kemacetan para pemudik sebaiknya tak hanya berada di mobil. Namun ke luar menjauhi posisi mobil dengan jarak sekitar 30 hingga 50 meter dan mematikan mesin mobil.
Masyarakat diimbau mendekat ke area pepohonan dan rumah penduduk sekitar. Namun, jika memang tak ada area ini, maka juga harus memastikan persediaan fasilitas payung, ponco, hingga tenda portable untuk berteduh.
Ia juga mengimbau agar para pemudik melakukan perjalanan lebih awal untuk menghindari prediksi puncak arus mudik pada 19-20 April 2023. Selain itu, pemudik harus memastikan persediaan makanan di mobil untuk mengantisipasi jika terjadi kemacetan.
Urai Kemacetan Kurangi Polusi saat Mudik
Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan FKM UI Budi Haryanto menyatakan, kemacetan lalu lintas menyebabkan peningkatan polusi di wilayah atau jalur mudik. Namun, jika wilayahnya relatif terbuka seperti di persawahan atau pantai maka polusinya mudah diencerkan oleh angin.
“Penumpukan kendaraan yang mesinnya hidup maka memicu emisi. Dan semakin lama waktunya akan pekat polusinya,” kata dia.
Ia menekankan pentingnya mengurai kemacetan dan penumpukan kendaraan dengan laju kendaraan minimal 30 kilometer per jam. “Ini akan mencegah konsentrasi polusi udara di wilayah itu,” imbuhnya.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin